pijarbelajar

Sejarah

Zaman Prasejarah | Pengertian, Pembagian Zaman, dan Corak Peninggalan

Superadmin

||0 Minute Read|

Review

0

5.0

Zaman Prasejarah | Pengertian, Pembagian Zaman, dan Corak Peninggalan image

Tahukah kamu, kehidupan manusia nggak langsung seperti saat ini, lho. Dulunya, kita bahkan mencari makan dengan berburu dan meramu, nggak kaya sekarang, ya, tinggal beli di pasar atau supermarket. Nah, kehidupan manusia pada saat itu disebut dengan masa prasejarah.


Kira-kira apa ya, definisi prasejarah itu dan seperti apa corak kehidupan manusia pada masa prasejarah? Yuk, simak penjelasannya berikut ini.


Baca juga: Ciri-Ciri Zaman Paleozoikum beserta Periode dan Peninggalannya


Pengertian Prasejarah

Istilah prasejarah menggambarkan kehidupan manusia ketika masih belum mengenal tulisan. Namun, istilah ini sebenarnya kurang tepat. Oleh sebab itu, para pakar sepakat untuk mengganti istilah ini menjadi "praaksara".

 

Karena saat itu manusia belum mengenal tulisan, maka sejarah dan hasil kebudayaannya bisa dilihat dari peninggalan-peninggalan mereka. Dalam mempelajari ilmu ini, sejarawan biasanya memakai metode penelitian ilmu arkeologi dan ilmu alam, seperti biologi dan geologi.

 

 

Ilmu arkeologi adalah ilmu yang mengkaji bukti-bukti atau peninggalan fisik. Contohnya adalah monumen, artefak, candi, dan lain-lain. Sementara itu, ilmu biologi biasanya berbicara tentang usia lapisan bumi. Lalu, ilmu biologi berkaitan dengan biodiversitas makhluk hidup.

 

Pembagian Zaman Prasejarah

Berdasarkan arkeologi, zaman prasejarah dikelompokkan berdasarkan benda-benda tertentu yang dipakai pada suatu masa. Dalam ilmu ini, zaman praaksara terbagi menjadi tiga zaman, yaitu zaman batu, zaman logam, dan zaman tembaga. Yuk, cari tahu penjelasan dari masing-masing zamannya!

 

Zaman Batu

Periode pertama adalah zaman batu. Sesuai dengan nama zamannya, alat-alat yang dipakai oleh manusia biasanya terbuat dari batu. Ada beberapa periode zaman batu dan kamu bisa tahu dari penjelasan berikut ini:

 

  • Paleolitikum

Paleolitikum berlangsung pada tahun 50.000-10.000 SM. Disebut zaman batu tua karena saat itu manusia masih memakai alat-alat dari batu. Pembuatannya juga sangat sederhana dan kasar. Di zaman ini, manusia masih hidup nomaden.

 

Mereka terdiri dari kelompok kecil yang jumlahnya 10-15 orang dan punya tugas masing-masing dalam mencari makanan. Pada zaman Paleolitikum, semua manusia cuma mengerti mengumpulkan bahan makanan dari tanaman atau hewan dengan cara berburu.

 

Mereka belum tahu bagaimana caranya bercocok tanam atau memasak. Untuk berlindung dari hewan buas dan cuaca, mereka biasanya tinggal di dalam gua. Di masa ini, manusia juga sudah mengenal api, lho!

 

Berdasarkan temuan fosil-fosil, jenis manusia yang hidup pada masa ini adalah Pithecanthropus erectus, Meganthropus paleojavanicus, Homo erectus, Homo soloensis, Homo wajakensis, dan Homo floresiensis.

 

Ada dua kebudayaan yang dihasilkan dari masa ini yaitu kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong. Kebudayaan Pacitan berupa penggunaan kapak genggam dan kapak perimbas. Sementara itu, kebudayaan Ngandong adalah penggunaan alat yang berasal dari tulang binatang.

 

  • Mesolitikum

Pada zaman ini, manusia mulai hidup semi-menetap atau istilahnya adalah Abris Sous Roche. Tempat tinggal manusia biasanya di gua-gua. Di zaman Mesolitikum, perempuan akan tinggal di gua untuk memasak sekaligus menjaga anak, sedangkan laki-laki akan pergi berburu.

 

Kebudayaan dari zaman ini adalah Kjokkenmoddinger dan Abris Sous Roche. Kjokkenmoddinger ialah sampah dapur yang dibentuk dari tumpukan kulit kerang. Alat yang dipakai adalah kapak genggam, pebble, pipisan, dan kapak pendek.

 

Kebudayaan lain yang menjadi ciri khas Mesolithikum adalah adanya lukisan berbentuk cap tangan yang terdapat di dinding-dinding gua. Budaya ini diyakini sebagai suatu ritual agama dan menghasilkan kekuatan magis.

 

  • Neolitikum

Pada zaman Neolitikum, manusia sudah mulai tinggal secara menetap. Di masa ini, manusia yang hidup adalah Homo sapiens. Selain itu, mereka juga sudah paham cara menghasilkan bahan makanan sendiri. Istilah untuk kegiatan ini adalah food producing.

 

Mereka tetap bercocok tanam dan berburu, tapi alat-alat yang digunakan sudah lebih halus dan sempurna. Peralatan itu umumnya dipakai untuk kegiatan berkebun dan bertani. Beberapa peninggalan dari zaman Neolitikum adalah kapak persegi dan kapak lonjong.

 

Selain itu ada pula perhiasan, mata tombak dan mata panah, pakaian dari kulit kayu, alat pemukul dari kulit kayu, dan tembikar atau periuk belanga.

 

  • Megalitikum

Pada zaman ini, manusia sudah mampu membuat bangunan-bangunan yang terbuat dari batu-batu besar. Manusia juga sudah memulai upacara keagamaan dengan memanfaatkan bangunan-bangunan batu tersebut.

 

Upacara keagamaan bisa berbentuk penguburan jenazah yang dilakukan oleh manusia Homo sapiens. Hasil kebudayaan Megalitikum di antaranya adalah punden berundak-undak, menhir, sarkofagus, dan arca batu.

 

Zaman Logam

Zaman ini juga disebut zaman perundagian karena masyarakatnya sudah terampil dalam bekerja dengan tangan. Manusia juga sudah mengenal teknologi serta pertukangan. Mereka mampu menciptakan alat-alat yang akan mendukung keperluan sehari-hari.

 

Pada saat itu, ada dua metode pembuatan alat-alat dari logam. Metode pertama adalah cetakan batu atau bivalve, sementara metode kedua adalah cetakan lilin dan tanah liat atau a cire perdue.

 

Zaman Tembaga

Masa ini adalah masa di mana manusia mengenal logam. Mereka memakai tembaga untuk membuat berbagai peralatan.

 

Zaman Perunggu

Pada zaman perunggu, manusia sering menciptakan peralatan yang berbahan dasar perunggu. Beberapa peninggalan dari masa ini di antaranya adalah kapak corong, candrasa, nekara, bejana perunggu, arca perunggu, dan moko.

 

Di samping itu, ada juga beberapa perhiasan seperti anting-anting, kalung, cincin, dan manik-manik.

 

Zaman Besi

Manusia sudah bisa menciptakan alat-alat yang bentuknya lebih sempurna dengan besi. Mereka akan meleburkan bijih besi, kemudian menuangkan hasil leburan itu ke dalam suatu cetakan.

 

Jadi, hasil peninggalan dari masa ini adalah mata sabit, mata kapak, mata pedang, mata pisau, cangkul, dan sebagainya.


 

Corak Kehidupan dan Hasil Budaya

Untuk lebih jelasnya, kamu bisa melihat rangkuman corak kehidupan dan hasil-hasil kebudayaan pada masa prasejarah melalui penjelasan ini:

 

Pola Hunian

Ada dua ciri khas pola hunian manusia pada zaman praaksara, yaitu dekat dengan sumber air dan di alam terbuka. Pola hunian atau tempat tinggal mereka biasanya bergantung pada kondisi lingkungan atau letak geografis.

 

Pola hunian seperti ini bisa dilihat di beberapa situs purba di Indonesia. Misalnya, di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Contoh pola hunian ini membuktikan bahwa manusia purba saat itu sering memilih tempat tinggal di pinggir sungai.

 

Kondisi lingkungan di dekat sungai membuktikan bahwa mereka memahami bahwa air bermanfaat sebagai kebutuhan pokok. Hewan dan tumbuhan juga memerlukan air sehingga banyak hewan yang hidup di dekat sumber air.

 

Berburu-Meramu dan Bercocok Tanam

Manusia pada zaman praaksara mula-mula hidup dengan cara meramu makanan dan berburu. Ini membuktikan bahwa mereka bergantung pada alam. Mereka menerapkan sistem nomaden atau berpindah-pindah. Alat-alatnya juga masih terbuat dari batu yang bentuknya sederhana.

 

Manusia pada zaman itu sering tinggal di dekat danau, sungai, atau sumber air lain, termasuk di dekat pantai. Masa berburu dan meramu ini disebut dengan masa food gathering.

 

Mereka cuma memilih-milih bahan makanan langsung dari alam karena belum mengerti bagaimana membuat sebuah tanaman menjadi bahan makanan. Setelah masa food gathering berakhir, manusia homo sapiens memasuki masa food producing.

 

Mereka bukan cuma mengumpulkan bahan makanan, tetapi juga berusaha memproduksi dengan cara menanam. Mereka mulai memperhatikan biji-biji dari sisa makanan yang tumbuh di tanah setelah disiram oleh air hujan.

 

Ketika mereka melihat bahwa bahan makan di sekitar mereka sudah habis, mereka akan pindah dan mencari lahan yang bisa ditanami. Mereka akan menebang pohon, kemudian menciptakan lahan bercocok tanam sendiri.

 

Sistem Kepercayaan

Manusia pada masa praaksara mempercayai ada kehidupan setelah mati dan kekuatan lain di luar diri mereka. Sistem kepercayaan ini dibuktikan melalui pembuatan karya-karya seni.

 

Selain itu, mereka juga menciptakan kebiasaan atau kebudayaan yang berhubungan dengan sistem kepercayaan mereka. Misalnya, manusia yang meninggal harus disimpan di dalam tumpukan batu-batu besar. Kebudayaan ini bisa dilihat dalam bentuk sarkofagus, dolmen, menhir dan sebagainya.

 

Sistem kepercayaan yang berkaitan dengan tradisi batu-batu besar yaitu disebut dengan animisme. Animisme bekerja dengan memuja roh-roh nenek moyang. Selain animisme, manusia praaksara juga menganut sistem kepercayaan dinamisme.

 

Kepercayaan ini menganggap bahwa benda-benda tertentu mempunyai kekuatan gaib. Dengan demikian, benda-benda tersebut dianggap harus dikeramatkan dan dihormati.

 

Baca juga: Pengertian Zaman Arkaekum, Ciri-Ciri, dan Peninggalannya

_____________________________________________________________


Gimana? Menarik sekali, ya, kehidupan manusia pada masa prasejarah itu. Yuk, asah pemahamanmu lebih lanjut mengenai Sejarah dan mata pelajaran lainnya di Pijar Belajar. Pijar Belajar merupakan aplikasi belajar yang memuat banyak latihan soal untuk SD, SMP, dan SMA.


Nggak cuma itu, Pijar Belajar juga menyediakan video pembahasannya, lho, untuk kamu.


Download Pijar Belajar sekarang!

Seberapa bermanfaat artikel ini?

scrollupButton

Gedung Transvision, Jl. Prof. DR. Soepomo No. 139, Tebet Barat, Jakarta Selatan 12810

btn footer navigation

support@pijarbelajar.id

+62 812-8899-9576 (chat only)

Dapatkan Aplikasi

playstoreappstore
instagramlinkedIn

©2021-2024 Pijar Belajar. All Right Reserved