pijarbelajar

Sejarah

Kerajaan Pajang: Sejarah, Penyebab Runtuhnya, dan Peninggalan Bersejarah

Pijar Belajar

||0 Minute Read|

Review

0

5.0

Kerajaan Pajang: Sejarah, Penyebab Runtuhnya, dan Peninggalan Bersejarah image

Setelah berakhirnya Kerajaan Hindu-Buddha, munculah berbagai kerajaan bercorak Islam yang tersebar luas di Nusantara. Salah satunya adalah Kesultanan Pajang atau Kerajaan Pajang yang berpusat di Surakarta, Jawa Tengah.


Pendiri Kerajaan Pajang adalah Sultan Hadiwijaya atau yang lebih dikenal dengan Jaka Tingkir. Lokasinya berbatasan diantara dua wilayah, yaitu Desa Pajang di Surakarta dan Desa Makamhaji di Kartasura. 


Baca juga: Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia | Materi Sejarah


Sejarah Kerajaan Pajang

Kesultanan Pajang atau Kerajaan Pajang berdiri pada tahun 1568 atau abad ke-16 Masehi. Sejarah singkat Kerajaan Pajang berkaitan dengan keruntuhan Kerajaan Demak di tahun 1549 Masehi. Pada saat itu, Arya Penangsang melakukan pemberontakan terhadap Kerajaan Demak.


Pemberontakan tersebut dihalangi oleh menantu raja Demak yang bernama Jaka Tingkir. Bahkan, Arya Penangsang juga berhasil dibunuh menggunakan keris Kyai Setan Kober dari Sunan Kalijaga. 


Atas keberhasilannya tersebut, Jaka Tingkir menjadi satu-satunya pewaris tahta dari Kerajaan Demak. Namun pada tahun 1568 Masehi, pusat pemerintahan kerajaan di Demak kemudian dipindahkan ke daerah Pajang.  


Pemindahan pusat kerajaan ini secara tidak langsung mengubah Kerajaan Demak menjadi Kerajaan Pajang. Dengan dukungan Walingsongo, Jaka Tingkir akhirnya dinobatkan sebagai raja dari Kesultanan Pajang.


Penyebab Runtuhnya Kerajaan Pajang

Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya dikenal sebagai pendiri sekaligus raja terkenal Pajang yang memimpin sejak 1568 sampai 1583 Masehi. Namun sayangnya, masa kejayaan Kerajaan Pajang ternyata tidak berlangsung cukup lama.


Sekitar tahun 1582 Masehi, meletus pertempuran yang terjadi antara Kerajaan Mataram dengan Kesultanan Pajang. Setelah pertempuran itu, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit selama beberapa waktu hingga akhirnya meninggal dunia.


Kematian Sultan Hadiwijaya inilah yang menjadi sebab runtuhnya Kerajaan Islam Pajang. Menantu Sultan Hadiwijaya, Arya Pangiri dan putranya bernama Pangeran Benawa telah bersaing memperebutkan kekuasaan.


Perebutan kekuasaan ini berhasil didapatkan oleh Arya Pangiri yang menjadi raja pada tahun 1583 Masehi. Selang beberapa lama, Pangeran Benawa melakukan serangan yang dibantu Sutawijaya dari Kerajaan Mataram.


Pangeran Benawa akhirnya dinobatkan sebagai raja dan memerintah selama 1 tahun. Ini karena beliau tertarik untuk menjadi penyebar agama Islam. Kekuasaannya berakhir tanpa putra mahkota pada tahun 1587 M. Riwayat kerajaan ini benar-benar hancur ketika diserang oleh pasukan Mataram pada 1618 M.


Kehidupan Politik Kerajaan Pajang

Kehidupan politik ekonomi sosial budaya Kerajaan Pajang secara keseluruhan cukup berkembang. Dari segi politik, mungkin dipenuhi oleh sejumlah tokoh yang ingin balas dendam atau memperebutkan kekuasaan. 


Awal berdirinya kerajaan, Arya Penangsang telah melakukan kudeta berdasar dendam terhadap Sultan Hadiwijaya. Alhasil, pertikaian darah yang terjadi antara Arya Penangsang dan Sultan Hadiwijaya tidak bisa dihindari.


Kehadiran Walisongo selama masa kudeta berlangsung ternyata tidak sesuai dengan harapan. Hal ini karena Sunan Kalijaga meminta para wali untuk memposisikan diri dan tidak berpihak dalam peperangan. Hingga muncul sebuah filsafat bahwa wali hanya bertugas mengurusi agama, bukan perebutan pimpinan.


Kehidupan Ekonomi Kerajaan Pajang

Kerajaan pajang terletak di dataran rendah sungai Dengkeng dan Pepe dengan Bengawan Sungai. Lokasinya yang strategis membuat Pajang mengalami perkembangan ekonomi yang pesat, terutama di bidang pertanian. Kerajaan Islam ini sempat menjadi lumbung beras utama yang ada di Pulau Jawa.


Tak hanya itu, Pajang juga menjadi eksportir beras yang dikirimkan lewat jalur perdagangan di Sungai Bengawan Solo. Kegiatan perdagangan ini secara tidak langsung meningkatkan kondisi ekonomi masyarakatnya. Bahkan, daerah Pajang dijuluki sebagai agraris maritim yang mempunyai potensi tinggi. 


Kehidupan Sosial Kerajaan Pajang 

Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Pajang yang ada di masa lampau bisa dibilang sangat harmonis. Pasalnya, masyarakat selalu mengutamakan kebersamaan atau gotong royong dalam hal apapun. 


Selain itu, mereka juga tidak terlepas dari budaya ataupun tradisi yang sudah ada sejak jaman nenek moyang. Kehidupan sosial yang cukup tinggi ini sebenarnya didukung dengan faktor ekonomi yang juga tinggi pada saat itu.


Peninggalan Kerajaan Pajang

Kesultanan Pajang ternyata tidak memiliki peninggalan dalam bentuk bangunan maupun artefak. Hal ini sangat wajar karena memang lokasinya berada di wilayah pedalaman masa kejayaannya sangat singkat. Meski begitu, masih ada peninggalan yang bisa dikaitkan dengan Kesultanan Pajang, diantaranya:


Masjid Laweyan

Masjid Laweyan atau Masjid Ki Ageng Henis merupakan sebuah masjid tertua yang ada di Kota Solo, Jawa Tengah. Bukti peninggalan Kerajaan Pajang dibangun oleh Sunan Kalijaga sejak tahun 1546 M. Keberadaannya ternyata masih terawat dengan baik sehingga bisa ditemukan sampai saat ini.


Tujuan pembangunan masjid ini adalah untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Pajang. Keunikannya bisa dilihat dari beberapa sudut tertentu yang dulunya dijadikan tempat ibadah untuk umat Hindu. Masjid ini dijadikan tempat peristirahatan terakhir dari beberapa tokoh Islam, termasuk Sunan Kalijaga.


Pasar Laweyan

Selain Masjid, peninggalan lainnya yang menjadi saksi kebesaran Kesultanan Pajang yaitu Pasar Laweyan. Pasar ini dulunya sudah dijadikan sebagai pusat kegiatan masyarakat Kerajaan Pajang untuk melakukan perdagangan.


Pembangunan pasar ini cukup dekat dengan Bandar Kabanaran sehingga memudahkan transportasi. Pada masa Kerajaan Pajang, Ki Ageng Henis melakukan syiar agama Islam dan mengajarkan warga Laweyan untuk membatik. 


Tak heran, wilayah ini menjadi sangat populer sebagai pusat pengembangan seni batik. Sampai sekarang ini, Pasar Laweyan tetap eksis sebagai sentra perdagangan batik tulis yang ada di wilayah Solo. 


Makam Bangsawan Pajang

Tak jauh dari Masjid Laweyan, ada sebuah tempat pemakaman untuk bangsawan dari Kesultanan Pajang. Tujuan dibangunnya makam ini yaitu sebagai bentuk penghormatan terhadap keluarga kerajaan dan bangsawan yang sudah sangat berjasa di masa lampau. 


Selain itu, dalam kompleks pemakaman ini juga bisa ditemukan makam keluarga dari Keraton Surakarta. Seperti Putra Pakubuwono IX, Pangeran Widjil I Kadilangu, Permaisuri Pakubuwono V, dan masih banyak lagi.


Bandar Kabanaran

Bandar Kabanaran merupakan sebuah bandar peninggalan Kerajaan Pajang yang sangat penting. Pembangunan bandar ini memiliki tujuan untuk mempermudah arus lalu lintas dagang dan menunjang perekonomian masyarakat.


Pastinya tidak pernah sepi karena dipenuhi pedagang yang ingin mendistribusikan barangnya dengan perahu. Dari Bandar Kabanaran, semua perahu tersebut akan menuju Bandar Nusupan yang ada di pinggir Sungai Bengawan Solo.


Selanjutnya akan dibawa ke Bandar Gresik yang sudah pasti lebih besar. Adapun komoditas dagang yang dapat diangkut lewat bandar ini yaitu kain batik, kain tenun, hingga kain mori. Sekarang ini lokasinya terletak di Kampung Kidul Pasar, Kec Laweyan, Solo.


Keris Kyai Setan Kober

Ternyata ada pula benda peninggalan Kerajaan Pajang, yaitu Keris Kyai Setan Kober. Keris ini merupakan sebuah keris pusaka yang dibuat khusus oleh Sunan Kalijaga untuk diberikan kepada Sultan Hadiwijaya.


Keris pusaka ini dijadikan senjata yang paling ampuh untuk membunuh Arya Penangsang sehingga perebutan kekuasaan di Demak berakhir. Setelahnya, keris ini diberikan untuk Sutawijaya yang menjadi tanda penyerahan kekuasaan dari Kesultanan Pajang ke Mataram.


Baca juga: Sejarah Kerajaan Samudera Pasai dan Peninggalannya

_______________________________


Kerajaan Pajang dikenal sebagai kerajaan bercorak Islam pertama yang ada di Pulau Jawa. Kerajaan Islam ini adalah kelanjutan dari kesultanan Demak yang mengalami keruntuhan pada tahun 1549 Masehi. Namun, masa kejayaan kerajaan ini tidak berlangsung lama setelah meninggalnya Sultan Hadiwijaya.


Nah, itulah beberapa informasi mengenai Kerajaan Pajang ya, Sobat Pijar. Semoga bermanfaat! Untuk kamu yang ingin belajar lebih lanjut mengenai kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Indonesia, yuk unduh Pijar Belajar sekarang juga! Kamu bisa mengakses ribuan konten dalam bentuk video materi, rangkuman, mini quiz, hingga latihan soal hanya dengan sekali berlangganan saja, lho!


Tunggu apa lagi? Yuk, unduh Pijar Belajar sekarang juga!




Seberapa bermanfaat artikel ini?

scrollupButton

Gedung Transvision, Jl. Prof. DR. Soepomo No. 139, Tebet Barat, Jakarta Selatan 12810

btn footer navigation

support@pijarbelajar.id

+62 812-8899-9576 (chat only)

Dapatkan Aplikasi

playstoreappstore
instagramlinkedIn

©2021-2024 Pijar Belajar. All Right Reserved