pijarbelajar

Biologi

Evolusi: Pengertian, Teori, Petunjuk, dan Mekanismenya

Pijar Belajar

||0 Minute Read|

Review

0

5.0

Evolusi: Pengertian, Teori, Petunjuk, dan Mekanismenya image

Teori evolusi sebenarnya bukan hanya tentang bagaimana manusia berkembang, tapi juga bagaimana makhluk hidup lainnya berevolusi dari zaman ke zaman. Dengan belajar teori evolusi, Sobat Pijar bisa mengetahui lebih banyak mengenai asal-usul manusia dan keragamannya.


Untuk itu, yuk pelajari lebih dalam lagi tentang teori evolusi ini! Baca ulasan ini untuk mengetahui lebih lengkap ya, Sobat Pijar!


Baca juga: Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia - Faktor dan Tahapannya


Pengertian Evolusi

Teori evolusi biologi adalah sebuah konsep ilmiah yang menyatakan bahwa semua makhluk hidup di bumi ini berevolusi dari nenek moyang yang sama. 


Teori ini juga menyatakan bahwa proses evolusi terjadi secara bertahap dan berkelanjutan melalui seleksi alam yang mempengaruhi perubahan genetik dalam populasi.


Dalam teori evolusi biologi, ada beberapa mekanisme yang berperan dalam menghasilkan perubahan genetik dalam populasi, seperti mutasi, seleksi alam, isolasi geografis, dan drift genetik. 


Teori evolusi menyatakan bahwa manusia berasal dari nenek moyang bersama dengan primata lainnya, seperti kera dan simpanse. Seiring dengan perubahan lingkungan, tekanan seleksi alam, dan mutasi genetik, nenek moyang manusia dan primata lainnya mengalami perubahan dan diferensiasi yang mengarah pada pembentukan spesies baru.


Berdasarkan bukti-bukti fosil dan persamaan genetik, para ilmuwan memperkirakan bahwa nenek moyang manusia terakhir hidup sekitar 6-7 juta tahun yang lalu di Afrika. Dari nenek moyang tersebut, kemudian muncul beberapa spesies manusia purba, seperti Australopithecus, Homo habilis, Homo erectus, dan Homo sapiens.


Teori Evolusi


Sumber: Wikimedia



Teori Evolusi Darwin

Teori evolusi Darwin didasarkan pada penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Charles Darwin selama perjalanannya mengelilingi dunia dengan kapal HMS Beagle dari tahun 1831 hingga 1836. Selama perjalanannya, Darwin mengamati dan mempelajari keanekaragaman hayati di berbagai wilayah, termasuk di Kepulauan Galapagos di Samudera Pasifik.


Darwin menyimpulkan bahwa keanekaragaman hayati yang ada di bumi ini tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan melalui proses evolusi yang berlangsung secara bertahap dan berkelanjutan. 


Darwin juga mengamati bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam ciri-ciri antara spesies yang hidup di wilayah yang berbeda, meskipun spesies tersebut memiliki ciri-ciri yang serupa.


Dari pengamatannya ini, Darwin mengembangkan konsep seleksi alam sebagai mekanisme utama yang mempengaruhi evolusi. Menurut Darwin, individu yang memiliki ciri-ciri yang lebih cocok dengan lingkungan hidupnya memiliki peluang lebih besar untuk bertahan hidup dan berkembang biak, sehingga ciri-ciri tersebut akan lebih banyak diturunkan ke generasi berikutnya.


Buku klasik Darwin, "On the Origin of Species by Means of Natural Selection", yang diterbitkan pada tahun 1859, merangkum temuan dan konsep-konsepnya tentang evolusi dan seleksi alam. Buku ini menjadi salah satu karya paling penting dalam sejarah ilmu pengetahuan dan memicu banyak penelitian dan pengembangan di bidang evolusi dan biologi.


Teori Evolusi Lamarck

Teori evolusi Lamarck tentang jerapah adalah salah satu contoh yang sering dikutip sebagai contoh teori evolusi yang salah atau salah kaprah. Menurut Lamarck, jerapah memiliki leher yang panjang karena kebiasaan mereka yang sering meraih daun-daun pohon yang tinggi dengan leher mereka yang panjang.


Lamarck berpendapat bahwa kebiasaan ini membentuk leher jerapah yang semakin panjang dari generasi ke generasi karena penggunaan yang berlebihan, sehingga ciri tersebut dapat diwariskan ke keturunan. Teori ini disebut sebagai "pewarisan sifat yang diperoleh" atau "pewarisan karakteristik yang diperoleh".


Namun, teori evolusi Lamarck ini telah terbantahkan oleh bukti-bukti ilmiah dan pengamatan yang lebih akurat tentang jerapah dan evolusi. Jerapah memiliki leher yang panjang karena memiliki ciri-ciri genetik tertentu yang memungkinkan mereka untuk berkembang dengan baik di lingkungan yang memiliki pohon-pohon yang tinggi.


Leher yang panjang adalah hasil seleksi alam karena jerapah yang memiliki leher yang lebih panjang memiliki keuntungan dalam mencari makanan dan bereproduksi, sehingga mereka lebih banyak bertahan hidup dan berkembang biak. Ciri-ciri ini kemudian diturunkan ke generasi berikutnya melalui proses seleksi alam.


Dalam ringkasan, teori evolusi Lamarck tentang jerapah dianggap tidak akurat dan terbantahkan oleh bukti-bukti ilmiah yang lebih baru dan akurat. Evolusi jerapah dan organisme lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik dan lingkungan, serta mekanisme evolusi seperti seleksi alam.


Teori Evolusi Weismann

Teori evolusi Weismann tikus adalah sebuah eksperimen yang dilakukan oleh August Weismann pada awal abad ke-20. Eksperimen ini bertujuan untuk menguji hipotesis bahwa sifat-sifat yang diperoleh selama kehidupan tidak dapat diwariskan ke keturunan.


Weismann melakukan eksperimen dengan memotong ekor tikus dan mengamati apakah tikus-tikus yang lahir dari induk yang mengalami pemotongan ekor akan memiliki ekor yang lebih pendek atau cacat. 


Hasil eksperimennya menunjukkan bahwa tikus-tikus yang lahir dari induk yang mengalami pemotongan ekor tidak memiliki perubahan signifikan pada panjang ekornya.


Dari hasil eksperimennya, Weismann menyimpulkan bahwa organisme hanya dapat mewariskan sifat-sifat yang diwariskan melalui materi genetik, dan bukan sifat-sifat yang diperoleh selama kehidupan. Hipotesis ini kemudian dikenal sebagai "teori garis Weismann" atau "garis Weismann".


Teori garis Weismann menjadi penting dalam sejarah biologi karena memberikan dukungan bagi konsep bahwa materi genetik adalah faktor utama yang menentukan sifat-sifat organisme dan pewarisan sifat.





Petunjuk Evolusi

Petunjuk evolusi adalah bukti-bukti yang mendukung teori evolusi bahwa spesies-spesies di dunia ini berkembang biak dan berubah dari waktu ke waktu. 


Beberapa petunjuk evolusi secara biokimia yang dapat ditemukan antara spesies yang berbeda antara lain:


Kesamaan DNA

Semakin dekat kedua spesies secara evolusi, semakin mirip urutan DNA mereka. Misalnya, manusia memiliki urutan DNA yang sangat mirip dengan simpanse dan gorila, karena manusia, simpanse, dan gorila semuanya berasal dari nenek moyang yang sama.


Struktur Protein

Protein dalam sel seringkali memiliki struktur yang sangat kompleks dan spesifik. Perbedaan dalam struktur protein dapat memberikan petunjuk tentang seberapa jauh kedua spesies terkait secara evolusi. 


Misalnya, insulin pada mamalia memiliki struktur protein yang sangat mirip, menunjukkan bahwa mereka semua berasal dari nenek moyang yang sama.


Perbandingan Genom

Perbandingan genom antara spesies yang berbeda dapat memberikan petunjuk tentang hubungan evolusi mereka. Sebagai contoh, genom manusia memiliki banyak kesamaan dengan genom simpanse, tetapi lebih sedikit kesamaan dengan genom tikus.


Analisis Filogenetik

Analisis filogenetik dapat digunakan untuk membangun pohon filogenetik yang menunjukkan hubungan evolusi antara spesies yang berbeda berdasarkan perbandingan DNA dan protein. Pohon filogenetik ini dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang sejarah evolusi kehidupan di Bumi.


Mekanisme Evolusi

Mekanisme evolusi adalah proses-proses yang menyebabkan terjadinya perubahan pada spesies-spesies di alam ini.


Mutasi Gen

Mutasi gen terjadi ketika terjadi perubahan dalam urutan DNA yang membentuk gen. Mutasi dapat terjadi secara spontan karena kesalahan replikasi DNA, atau dapat dipicu oleh paparan bahan kimia atau radiasi. Mutasi dapat bersifat menguntungkan, merugikan, atau tidak berdampak sama sekali pada organisme.


Mutasi gen adalah sumber variasi genetik dalam suatu populasi dan merupakan dasar bagi evolusi. Dalam beberapa kasus, mutasi gen dapat menyebabkan kelainan genetik dan penyakit. 


Namun dalam kasus-kasus lain, mutasi dapat menyediakan keuntungan evolusi bagi organisme dan memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dalam lingkungan yang berubah.


Hukum Hardy Weinberg

Hukum Hardy-Weinberg adalah sebuah konsep penting dalam biologi populasi yang menyatakan bahwa frekuensi alel dalam suatu populasi akan tetap stabil dari generasi ke generasi jika kondisi-kondisi tertentu terpenuhi.


Hukum Hardy-Weinberg berlaku jika lima kondisi terpenuhi, yaitu:

  • Tidak ada mutasi yang terjadi di dalam populasi: Jika terjadi mutasi, maka frekuensi alel dapat berubah.
  • Tidak ada migrasi atau imigrasi: Tidak ada individu yang masuk atau keluar dari populasi, sehingga frekuensi alel tetap stabil.
  • Populasi adalah populasi besar: Populasi yang kecil lebih rentan mengalami perubahan frekuensi alel secara acak.
  • Pasangan dalam populasi melakukan perkawinan secara acak: Pasangan dipilih secara acak dan tidak dipengaruhi oleh seleksi alam.
  • Tidak ada seleksi alam: Tidak ada tekanan seleksi alam pada suatu populasi.


Jika semua kondisi ini terpenuhi, maka frekuensi alel dalam populasi akan tetap stabil dari generasi ke generasi. Hukum Hardy-Weinberg sangat penting dalam memahami dinamika populasi dan evolusi.


Baca juga: Animalia: Pengertian, Ciri-Ciri, Klasifikasi, dan Peranannya

________________________


Nah, itulah penjelasan singkat tentang teori evolusi dan bagaimana spesies baru bisa terbentuk. Gimana, Sobat Pijar tertarik untuk mempelajarinya lebih lanjut? 


Jika ingin mencari tahu lebih lanjut, kamu bisa belajar melalui aplikasi Pijar Belajar. Aplikasi ini terdiri dari video materi, latihan soal, hingga buku elektronik yang bisa menunjang proses belajarmu, lho!


Yuk, gunakan Pijar Belajar sekarang!

Seberapa bermanfaat artikel ini?

scrollupButton

Gedung Transvision, Jl. Prof. DR. Soepomo No. 139, Tebet Barat, Jakarta Selatan 12810

btn footer navigation

support@pijarbelajar.id

+62 812-8899-9576 (chat only)

Dapatkan Aplikasi

playstoreappstore
instagramlinkedIn

©2021-2024 Pijar Belajar. All Right Reserved