pijarbelajar

Sejarah

Berbagai Perjuangan Diplomasi Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Superadmin

||0 Minute Read|

Review

0

5.0

Berbagai Perjuangan Diplomasi Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia image

Perjuangan Indonesia setelah merdeka tak berhenti begitu saja. Perjuangan diplomasi mulai dilakukan sebagai bentuk politik damai. Dengan jalan damai, Indonesia berusaha keras untuk menjadi negara yang merdeka dan terbebas dari cengkraman Belanda maupun sekutu. 


Sobat Pijar sudah tahu belum apa saja perjuangan yang dilakukan Indonesia dalam bidang diplomasi? Ternyata ada banyak, lho! Simak yuk apa saja diplomasi yang Indonesia lakukan dan bagaimana hasilnya bagi politik, ekonomi, hingga sosial bangsa Indonesia. 


Baca juga: Daftar Organisasi Regional dan Pengaruhnya terhadap Indonesia


1. Perundingan Linggarjati 

Perjanjian Linggarjati adalah kesepakatan dan perundingan yang dilakukan oleh Indonesia dan Belanda terkait status kemerdekaan Indonesia dan konflik Indonesia - Belanda pada 10 November 1946. Perundingan tersebut akan memutuskan apakah kemerdekaan Indonesia mendapat pengakuan dari Belanda. 


Latar Belakang Perjanjian Linggarjati

Latar belakang adanya perjanjian Linggarjati adalah konflik antara Indonesia dan Belanda. Konflik ini makin meruncing dengan adanya peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Dalam peristiwa tersebut, AFNEI dan NICA masuk ke Surabaya dan menyebabkan konflik antara pejuang Indonesia dan Belanda. 


Perundingan awal dilakukan pada 7 Oktober 1946 di Jakarta dan disepakati adanya gencatan senjata. Namun perundingan tersebut gagal karena kedua belah pihak tidak puas dengan hasilnya. Indonesia ingin Belanda mengakui Jawa, Madura dan Sumatera, tapi Belanda hanya mengakui Jawa dan Madura saja. 


Perundingan Linggarjati dilaksanakan pada tanggal 11 November 1946 dengan perwakilan dari Belanda dan Indonesia. Delegasi dari pihak Belanda diwakili Prof. Schermerhorn, sedangkan anggotanya adalah van Mook, F. de Boor, dan van Pool. 


Dalam perundingan Linggarjati, wakil Indonesia oleh Sutan Syahrir. Ada juga Moh. Roem, Susanto Tirtoprojo dan A.K Gani sebagai anggotanya. Ada juga saksi-saksi yang hadir, mulai dari Amir Syamsudin, Soekarno, Hatta, Lord Killearn dan masih banyak lagi.


Tempat Perundingan Linggarjati berlokasi di Gedung Perundingan Linggarjati, lokasi tepatnya ada di Cilimus, wilayah Kuningan. Perundingan tersebut dilakukan selama 3 hari, dari 11 – 14 November 1946. 


Isi Perjanjian Linggarjati 

Meski berlangsung baik, namun hasil Perundingan Linggarjati merugikan pihak Indonesia. Mengapa Perundingan Linggarjati dianggap merugikan bangsa Indonesia, ya, Sobat Pijar? 


Jadi, dalam perundingan Linggarjati kedaulatan RI diakui de facto atas 3 wilayah saja. Sedangkan wilayah Indonesia lainnya seperti Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara masih berada di bawah kekuasaan Belanda dan Sekutu. 


Wilayah Indonesia yang diakui Belanda dalam Perundingan Linggarjati adalah Sumatera, Pulau Madura dan juga wilayah Jawa. Tak hanya itu, Indonesia dan Belanda sepakat membentuk RIS yang akan dimulai pada 1 Januari 1949. 


Dengan hasil perjanjian tersebut, Indonesia hanya memiliki wilayah negara yang sangat kecil. Pembentukan RIS juga membuat Indonesia harus bergabung dengan Persemakmuran Indo - Belanda. Tak hanya itu, isi perjanjian Linggarjati juga bisa memberikan ruang untuk Belanda melakukan ofensif militer.


2. Agresi Militer Belanda I

Walaupun sudah melakukan Perundingan Linggarjati, namun Belanda masih melakukan agresi militer. Kok bisa ya Sobat Pijar? Ini dia penjelasan dari Agresi Militer Belanda I.


Latar Belakang Agresi Militer Belanda I

Agresi militer Belanda I merupakan serangan Belanda setelah melanggar perjanjian Linggarjati. Alasan Belanda melakukan agresi militer adalah keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara jajahannya kembali.


Selain itu, Belanda juga ingin menguasai sumber daya alam Indonesia untuk membantu perekonomian. Hal ini dikarenakan Belanda tengah mengalami krisis pasca perang. 


Mengapa Belanda Melancarkan Agresi Militer I 

Seperti yang telah disinggung sebelumnya Sobat Pijar, agresi militer murni gerakan Belanda untuk kembali menguasai Indonesia sebagai negara jajahan. Belanda masih memegang teguh perintah Ratu Wilhelmina, yakni menjadikan Indonesia sebagai negara persemakmuran. 


Karena perbedaan paham antara Indonesia dan Belanda, van Mook berpendapat tak perlu lagi mentaati Perjanjian Linggarjati. Belanda, bahkan memberikan ultimatum agar Indonesia menarik tentara 10 km dari garis demarkasi, namun Indonesia menolaknya.


Tujuan Agresi Militer Belanda I

Belanda melancarkan agresi militer I pada tahun 1947 yang bertujuan untuk menguasai kembali Indonesia. Tidak hanya sebagai negara jajahan, tapi juga untuk mengambil berbagai sumber daya alam yang Indonesia miliki.


Dengan melakukan agresi militer, Belanda juga berniat menghancurkan TNI dan mengepung ibu kota Indonesia. Apabila cara ini berhasil, maka negara Indonesia secara de facto akan terhapus dan kembali menjadi milik Belanda. 


Tokoh Agresi Militer Belanda I 

Tokoh utama yang menjadi dalang dari agresi militer Belanda I adalah Van Mook. Van Mook adalah orang yang dengan lantang menyatakan bahwa Perjanjian Linggarjati tak berlaku dan memberikan ultimatum pada Indonesia. 


Bersama dengan tentara Belanda, Van Mook melakukan serangan cepat dan mendadak. Karena timpang secara kekuatan, Indonesia tak berkutik di hadapan Belanda, Sobat Pijar. Apa yang Belanda lakukan pun mendapat kecaman dari AS dan Inggris. 


Dampak Agresi Militer Belanda I 

Dengan adanya agresi militer Belanda I, Indonesia mendapatkan lebih banyak dukungan dari dunia internasional. Bahkan, beberapa negara mengakui kemerdekaan Indonesia secara de jure. Posisi Indonesia dalam perjuangan diplomasi internasional pun semakin kuat. 


Namun, agresi militer Belanda ini juga memberikan dampak negatif bagi Indonesia. Diantaranya, melelahkan kekuatan militer Indonesia, membuat wilayah Indonesia semakin sempit karena beberapa kota diduduki Belanda, serta mengganggu stabilitas politik Indonesia. 


3. Perjanjian Renville

Setelah gagal dengan Perjanjian Linggarjati, Indonesia–Belanda pun melakukan Perjanjian Renville. Simak yuk bagaimana dampak dari perjanjian ini, Sobat Pijar!


Latar Belakang Perjanjian Renville 

Perjanjian Renville terjadi karena konflik antara Indonesia–Belanda tak kunjung membaik. Belanda juga terus melakukan agresi dan tidak mematuhi Perjanjian Linggarjati, membuat Indonesia berada dalam keadaan terpojok. 


Akhirnya PBB membentuk KTN (Komisi Tiga Negara) yang berisi Australia, Belgia dan Amerika Serikat. Anggota KTN ini dipilih sendiri oleh Indonesia dan Belanda, ketiga negara ini kemudian mengusulkan diadakan kesepakatan dan perjanjian ulang.


Kapan Berlangsungnya Perjanjian Renville 

Tempat perjanjian Renville adalah kapal perang AS bernama USS Renville. Kapal AS yang tengah berlabuh di Jakarta ini dianggap sebagai tempat netral untuk berunding antara Indonesia dan Belanda. Perjanjian ini berlangsung mulai dari 8 Desember 1947 – 17 Januari 1948. 


Perjanjian Renville ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 sebagai hari terakhir perundingan. Dengan adanya Perjanjian Renville, maka kesepakatan baru antara Indonesia dan Belanda mulai berlaku. 


Isi Perjanjian Renville 

Pemimpin delegasi Indonesia dalam perjanjian Renville adalah Amir Syarifudin, sedangkan pihak Belanda adalah R. Abdulkadir. Isi perjanjian Renville adalah Belanda mengakui wilayah Indonesia atas Jateng, Yogyakarta, sebagian kecil Jabar, Jatim dan Sumatera. 


Perjanjian Renville dianggap merugikan Indonesia karena wilayah Indonesia semakin kecil dan pasukan TRI diminta mundur dari daerah yang diduduki Belanda. Ini tentu membuat wilayah Indonesia tersebut secara penuh menjadi milik Belanda. 


Dampak Perjanjian Renville 

Bagaimana akibat ditandatanganinya Perjanjian Renville, Sobat Pijar? Melihat isi dari perjanjian ini, wilayah Indonesia makin kecil dan sempit. Indonesia bahkan mengalami blokade ekonomi pasca perundingan. Indonesia jadi kekurangan sandang, pangan dan senjata untuk mempertahankan diri. 


4. Agresi Militer Belanda II 

Perjanjian Renville ternyata tak bisa membuat konflik antara Indonesia dan Belanda membaik. Belanda tetap bersikeras menyerang wilayah Indonesia dengan melakukan Agresi Militer Belanda II. 


Latar Belakang Agresi Militer Belanda II 

Agresi militer Belanda II tanggal 19 Desember 1948 terjadi karena konflik Indonesia dan Belanda yang tidak selesai. Indonesia menganggap Belanda tidak mematuhi aturan dalam Perjanjian Renville. Sedangkan Belanda menganggap Indonesia melakukan penyusupan dan penyerangan. Akhirnya, terjadilah Agresi Militer Belanda II. 


Tujuan Agresi Militer Belanda II 

Agresi militer Belanda II terjadi pada tanggal 19–20 Desember 1948, agresi tersebut difokuskan di Yogyakarta. Tujuannya untuk menghancurkan Indonesia sebagai negara kesatuan. Tak hanya itu, Belanda juga ingin menguasai Yogyakarta yang saat itu tengah menjadi ibu kota negara Indonesia. 


Lebih lanjut, Belanda juga ingin menangkap pemimpin Indonesia agar bisa mengendalikan Indonesia secara penuh. Tercatat bahwa Presiden Soekarno, Hatta, Syahrir dan beberapa tokoh lain ditawan dan diasingkan ke Sumatera. 


Dampak Agresi Militer Belanda II 

Agresi militer Belanda II merupakan penghianatan Belanda terhadap perundingan Renville. Dampaknya dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, mulai dari banyaknya korban tewas di kalangan TNI, tokoh Indonesia juga ditangkap dan diasingkan ke luar Jawa. 


5. Perjanjian Roem Royen 

Perjuangan diplomasi Indonesia tak berhenti setelah agresi militer II. Babak baru diplomasi Indonesia mulai lagi dengan Perundingan Roem Royen. 


Latar Belakang Perjanjian Roem Royen 

Dengan adanya agresi militer Belanda II, konflik antara Indonesia dan Belanda semakin memuncak. Sebelum perjanjian ini berlangsung, Indonesia dan Belanda beberapa kali melakukan pertemuan informal, namun tak kunjung mendapatkan titik temu.


Indonesia ingin agar Belanda mengembalikan kedudukan RI dan wilayahnya, sekaligus mengakui kedaulatan RI. Namun, Belanda masih bersikeras bahwa wilayah Indonesia adalah hak mereka untuk dijadikan sebagai negara persemakmuran. 


Apa Tujuan Perjanjian Roem Royen 

Perjanjian Roem Royen ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949. Perundingan ini bertujuan untuk meredakan situasi Indonesia yang memanas pasca terjadinya agresi militer Belanda II. Selain itu, perjanjian ini juga sebagai usaha diplomatic untuk meredakan konflik antara Belanda dan Indonesia.


Isi Perjanjian Roem Royen 

Ada 6 poin isi perjanjian Roem Royen, 3 dari pihak Belanda dan 3 sisanya dari pihak Indonesia. Untuk pihak Indonesia, pernyataan isi perjanjian ini adalah:

  • Indonesia menyatakan sanggup untuk menghentikan Perang Gerilya.
  • Bekerja sama mengembalikan ketertiban dan keamanan.
  • Indonesia bersedia ke KMB di Den Haag dengan tujuan mempercepat penyerahan kedaulatan.


Pada Perjanjian Roem Royen pihak Indonesia dipimpin oleh Moh Roem, sedangkan dalam perjanjian Roem Royen pihak Belanda diwakili oleh Dr Van Royen. Isi pernyataan perjanjian dari pihak Belanda adalah:

  • Pengembalian pemerintahan RI Yogyakarta ke Indonesia pada 24 Juni 1949 dan akan dikosongkan dari tentara Belanda pada 1 Juli 1949.
  • Mengenai penghentian permusuhan dengan Indonesia akan dibahas kembali setelah kembalinya ibu kota Indonesia. 
  • Menyetujui KMB dilakukan di Den Haag. 


Dampak Perjanjian Roem Royen 

Dengan adanya Perjanjian Roem Royen maka hubungan Indonesia dan Belanda sedikit membaik. Ada keuntungan perjanjian Roem Royen bagi Indonesia, yakni adanya kemungkinan diadakannya KMB (Konferensi Meja Bundar) dan kembalinya Yogyakarta sebagai ibu kota Indonesia.


6. Konferensi Meja Bundar

Diplomasi Indonesia dan Belanda tak berakhir di Perjanjian Roem Royen saja. Konferensi Meja Bundar (KMB) akhirnya dilangsungkan untuk mengurai permasalahan politik antara Indonesia dengan Belanda.


Latar Belakang Konferensi Meja Bundar 

KMB atau Konferensi Meja Bundar merupakan perjuangan diplomasi kemerdekaan Indonesia. Sengketa antara Indonesia dan Belanda tak kunjung usai, jadi sebagai hasil dari Perjanjian Roem Royen, KMB dilangsungkan untuk mengurai masalah antara Indonesia dan Belanda, Sobat Pijar. 


Tujuan Konferensi Meja Bundar

Konferensi Meja Bundar dilaksanakan di kota Den Haag, negara Belanda. Tujuan adanya KMB selain sebagai hasil lanjutan dari Perjanjian Roem Royen, juga sebagai bentuk penyelesaian masalah antara Indonesia dan Belanda yang sudah terjadi sekian lama.


Sobat Pijar pasti bertanya-tanya kapan Konferensi Meja Bundar dilaksanakan kan? KMB berlangsung cukup panjang lho, mulai dari 28 Agustus–2 November 1949. Konferensi tak hanya dihadiri Indonesia dan Belanda saja, tapi juga BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg). BFO merupakan wakil negara boneka yang dibentuk oleh Belanda. 


Hasil Konferensi Meja Bundar 

Pemimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar adalah wakil presiden Indonesia, Moh Hatta. Ia tak sendiri, ada 12 delegasi lainnya yang hadir dalam konferensi tersebut. Di pihak Belanda, pemimpinnya adalah J. V. Maarseveen.


Dengan delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar dipimpin oleh Hatta, banyak topik yang akhirnya dibahas. Mulai dari ketatanegaraan, militer, keuangan, hingga bentuk negara. Lalu untuk isi dari KMB adalah:

  • Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sebagai RIS paling lambat akhir Desember 1949. 
  • Ketentuan mengenai Irian Barat menurut Konferensi Meja Bundar adalah belum dapat ditentukan langsung di KMB. Pembicaraan lebih lanjut akan dilakukan membahas Irian Barat paling lama 1 tahun setelah pengakuan kedaulatan.
  • Dibentuknya Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat.
  • Utang kolonial akan dibayarkan oleh Indonesia kepada Belanda, mulai dihitung dari tahun 1942.
  • Pembentukan kerja sama Uni Indonesia Belanda, Ratu Belanda akan menjadi ketua dari kerja sama tersebut. 


Dampak Konferensi Meja Bundar

Bagaimana wilayah NKRI pasca hasil Konferensi Meja Bundar ya Sobat Pijar? Berdasarkan hasil KMB, wilayah Indonesia merupakan seluruh wilayah bekas jajahan Belanda, kecuali Papua Barat. Meski begitu, setahun setelah KMB, nasib Papua Barat juga masih belum jelas. 


____________________________________________________________________


Baca juga: Daftar Organisasi Ekonomi Regional dan Global


Panjang bukan perjalanan perjuangan diplomasi Indonesia di awal kemerdekaan? Dengan adanya Konferensi Meja Bundar, setidaknya Indonesia bisa memegang kendali penuh atas wilayah NKRI tanpa campur tangan Belanda.


Nah, jadi penasaran bukan seperti apa hubungan Indonesia dengan negara-negara global lainnya? Yuk, coba pelajari selengkapnya di Pijar Belajar! Pijar Belajar merupakan aplikasi bimbel online yang menyediakan berbagai konten pembelajaran untuk siswa SD, SMP, dan SMA.


Melalui Pijar Belajar, kamu bisa mengakses ribuan latihan soal dan juga pembahasannya, lengkap dengan rangkuman materi juga. Wah, lengkap banget, kan?


Download Pijar Belajar dan rasakan kemudahan belajarnya sekarang!


Seberapa bermanfaat artikel ini?

scrollupButton

Gedung Transvision, Jl. Prof. DR. Soepomo No. 139, Tebet Barat, Jakarta Selatan 12810

btn footer navigation

support@pijarbelajar.id

+62 812-8899-9576 (chat only)

Dapatkan Aplikasi

playstoreappstore
instagramlinkedIn

©2021-2024 Pijar Belajar. All Right Reserved