pijarbelajar

Sejarah

Latar Belakang Pemberontakan APRA dan Sejarahnya

Pijar Belajar

||0 Minute Read|

Review

0

5.0

Latar Belakang Pemberontakan APRA dan Sejarahnya image

17 Agustus 1945 yang menjadi awal mula kemerdekaan Indonesia ternyata nggak langsung memberhentikan gejolak pemberontakan di tanah air, lho. Negara ini telah beberapa kali mengalami konflik termasuk pemberontakan. Pemberontakan tersebut memiliki beragam latar belakang dan tujuan berbeda, termasuk latar belakang pemberontakan APRA.


Konflik dan berbagai pemberontakan setelah kemerdekaan terjadi di Indonesia dalam kurun waktu 1948 hingga 1965. Konflik pemberontakan yang terjadi tanah air disebabkan oleh tiga faktor atau latar belakang.


Tiga faktor penyebab pergolakan bisa dikarenakan faktor ideologi, faktor kepentingan (vested interest) maupun faktor sistem pemerintahan. Untuk itu dalam artikel ini akan dibahas lebih jauh mengenai apa penyebab terjadinya pemberontakan APRA di Indonesia dan upaya memadamkannya.


Baca juga: Latar Belakang KAA - Tujuan, Tanggal Penyelenggaraan, Hasil, dan Tokohnya


Apa Itu APRA?

APRA merupakan singkatan dari Angkatan Perang Ratu Adil yang dibentuk di tahun 1949 dengan anggota utama tersusun dari tentara-tentara Belanda. Latar belakang pemberontakan APRA adalah karena ketidaksepakatan atas pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) di Jawa Barat.


Pasukan ini dibentuk oleh Kapten Raymond Westerling tersusun atas tentara-tentara Belanda dan juga terdiri dari KNIL, yakni pasukan Belanda di Indonesia. Milisi ini dinamai Angkatan Perang Ratu Adil karena mengambil istilah dari kitab ramalan Jawa Kuno, yakni kitab Jayabaya. 


Ratu Adil di dalam kitab Jayabaya menyebutkan datangnya seorang Ratu Adil keturunan Turki yang akan membebaskan bangsa Indonesia dari kezaliman. Pembentukan APRA dilakukan pada tanggal 9 Januari 1949.


Oleh karena itu, latar belakang pemberontakan APRA terkait erat dengan keputusan untuk membubarkan negara federal bentukan Belanda pada masa Republik Indonesia Serikat.


Apa Latar Belakang Pemberontakan APRA?

Latar belakang pemberontakan APRA dikarenakan ketidaksetujuan Raymond Westerling atas pembentukan kesatuan Republik Indonesia oleh Soekarno Hatta yang merubah bentuk negara federal dalam Republik Indonesia Serikat (RIS).


Berdasarkan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diselenggarakan di Den Haag tahun 1949, Republik Indonesia Serikat (RIS) hasil bentukan Belanda akan digabungkan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Westerling juga menganggap bahwa pemerintahan Kesatuan Republik Indonesia saat itu didominasi oleh orang-orang Jawa. Raymond Westerling menganggap bahwa dirinya pantas disematkan gelar sebagai Ratu Adil karena dirinya memiliki darah campuran Turki. 


Sementara Ratu Adil di dalam kitab Jayabaya dikatakan memiliki darah Turki. Raymond Westerling pun membujuk masyarakat Indonesia agar mendukung perjuangannya yang ingin membebaskan rakyat Indonesia dari keterpurukan. Apalagi dia menyebut-nyebut dirinya sebagai Ratu Adil yang dijanjikan.


Untuk mempermudahnya mencapai tujuan, Raymond Westerling kemudian bersekongkol dengan Sultan Hamid II dari Pontianak yang juga berhaluan federalis. 


Apa Tujuan Pemberontakan APRA?

Pemberontakan APRA di Jawa Barat pada tahun 1950 mempunyai tujuan untuk mempertahankan bentuk negara federal Republik Indonesia Serikat yang ingin diubah ke dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia oleh pemerintah pusat.


Westerling menuntut kepada pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) agar menghargai negara federal lainnya khususnya negara Pasundan. Westerling juga meminta pemerintah untuk mengakui APRA sebagai bagian dari tentara di negara Pasundan.


Bagaimana Terjadinya Pemberontakan APRA?

Pemberontakan APRA terjadi pada masa kepemimpinan Perdana Menteri Mohammad Hatta dengan bentuk sistem pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS). 


Sebelum meluncurkan kudeta pada bulan Januari 1950, Raymond Westerling mengirimkan ultimatum dalam bentuk surat ke pemerintahan RIS pada 5 Januari 1950. Di dalam surat ini Westerling mengancam akan melancarkan pertempuran besar melawan pemerintah Indonesia apabila tuntutannya tidak dipenuhi.


Westerling memberi Pemerintah Indonesia waktu selama 7 hari terkait dengan ultimatum yang ia berikan. Karena tidak setuju dengan rencana Westerling dan untuk mencegah pertempuran, Mohammad Hatta mengeluarkan perintah untuk menangkap Westerling di tanggal 10 Januari 1950. 


Mendengar perintah ini, Westerling pun segera melaksanakan kudeta melalui penyerangan ke Bandung. Sehingga pemberontakan APRA di Bandung berkaitan dengan tuntutan Westerling untuk mempertahankan negara federal yang ditolak oleh pemerintah pusat.


Raymond Westerling bersama-sama dengan Sultan Hamid II dari Pontianak meluncurkan kudeta di tanggal 23 Januari 1950. Pasukan APRA pun berhasil menduduki Bandung dengan mengambil alih Markas Staf Divisi Siliwangi untuk sementara waktu. 


Hanya saja pasukan ini belum berhasil menduduki wilayah Blora dan Jakarta ketika pasukan APRA berencana melaksanakan pemberontakan yang kedua di wilayah Jakarta.


APRA juga berniat untuk membunuh tokoh-tokoh negara kesatuan Republik Indonesia yang utama seperti Sekretaris Jenderal Ali Budiardjo dan Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwono IX. Hal inilah yang menjadi latar belakang mengapa APRA dianggap sebagai gerakan pemberontakan. 


Bagaimana Akhir Pemberontakan APRA?

Seperti yang sudah diketahui bahwa latar belakang pemberontakan APRA dikarenakan ketidaksetujuan Westerling terhadap rencana pembubaran negara federal bentukan Belanda di Republik Indonesia Serikat. Demi mewujudkan keinginannya tersebut, Westerling pun melakukan kudeta dengan menyerang Bandung. 


Akibat serangannya itu sebanyak 94 anggota TNI Divisi Siliwangi di Jawa Barat yang tewas. Termasuk korban tewas adalah Letnan Kolonel Lembong yang bertugas di wilayah tersebut. Selain dari pihak TNI, pihak warga sipil juga ada yang turut menjadi korban. 


Selanjutnya APRA juga berencana untuk melakukan kudeta yang kedua namun upaya ini mengalami kegagalan. Kegagalan kudeta ini menyebabkan demoralisasi anggota APRA terhadap Westerling dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari pasukan. 


Apalagi setelah itu Westerling juga tidak lagi mendapat dukungan dari pihak Belanda. Komandan Tinggi Belanda yang ada di Bandung saat itu mendesak Westerling untuk segera pergi dari Kota Bandung. Akhirnya Westerling juga ikut melarikan diri ke Belanda. APRA pun akhirnya secara resmi tidak beroperasi lagi pada bulan Februari 1950.


Apa Upaya Pemerintah Mengatasi Pemberontakan APRA?

Latar belakang pemberontakan APRA yang sangat kental akan kepentingan Belanda di Indonesia menjadikan upaya pemberontakan ini sangat mudah dihentikan karena kurangnya dukungan publik.


Pemerintah berhasil menggagalkan upaya serangan APRA yang kedua di Jakarta dengan menurunkan pasukan APRIS serta bantuan masyarakat sipil. 


Untuk mencegah agar serangan APRA tidak kembali terulang dan APRA segera tunduk terhadap keputusan pemerintah RIS, maka pemerintah pun menekan Komandan Tinggi Belanda di Bandung yaitu Mayor Jenderal Engels melalui perundingan. 


Salah satu tokoh penumpasan APRA adalah Mohammad Hatta yang turun langsung untuk bertemu dengan Komisaris Tinggi Belanda.


Mayor Jenderal Engels kemudian mendesak agar Westerling segera pergi meninggalkan Kota Bandung. Mengetahui posisinya sudah terjepit dan tidak memiliki dukungan lagi, Westerling pun kemudian melarikan diri ke Belanda.


Siapa Tokoh Pemberontakan APRA?

Pemberontakan APRA dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling, seorang mantan kapten DST (Depot Speciale Troepen) KNIL yang merupakan depot pasukan khusus dari tentara Belanda.


Selain Raymond Westerling, gerakan pemberontakan APRA ini juga mendapat dukungan dari Sultan Pontianak yakni Sultan Hamid II yang merupakan pendukung federalis. Monumen Dwikora dan Trikora pun diresmikan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengenang perjuangan TNI.


__________________________________________________________________


Baca juga: Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok Lengkap dengan Kronologi dan Dampaknya


Wah, ternyata latar belakang pemberontakan APRA dikarenakan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) yang ingin membubarkan negara bentukan Belanda berbentuk federal di Republik Indonesia Serikat (RIS), ya. Pemberontakan dilancarkan oleh Westerling di tanggal 23 Januari 1950 dengan menyerang Bandung.


Kira-kira dampak apa, ya, yang ditimbulkan dari pemberontakan APRA ini? Yuk, pelajari lebih lengkap melalui aplikasi Pijar Belajar!


Pijar Belajar menyediakan berbagai konten pembelajaran, seperti latihan soal dan rangkuman materi, untuk siswa SD, SMP, dan SMA. Nah, konten pembelajaran ini bisa kamu gunakan untuk mengasah pemahaman dan penyetahuan kamu.


Yuk, download Pijar Belajar atau klik banner di bawah ini untuk mulai belajar sekarang!


Seberapa bermanfaat artikel ini?

scrollupButton

Gedung Transvision, Jl. Prof. DR. Soepomo No. 139, Tebet Barat, Jakarta Selatan 12810

btn footer navigation

support@pijarbelajar.id

+62 812-8899-9576 (chat only)

Dapatkan Aplikasi

playstoreappstore
instagramlinkedIn

©2021-2024 Pijar Belajar. All Right Reserved