pijarbelajar

Sejarah

5 Kerajaan Buddha di Indonesia dan Sejarahnya

Pijar Belajar

||0 Minute Read|

Review

0

5.0

5 Kerajaan Buddha di Indonesia dan Sejarahnya image

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan keragaman pemeluk agamanya. Selain Islam, di Indonesia juga terdapat pemeluk agama Buddha. Bahkan, di masa lampau terdapat beberapa kerajaan Buddha di Indonesia dengan sisa peninggalan bisa dilihat hingga hari ini.


Perkembangan kerajaan Buddha di Indonesia diawali dengan kedatangan para pedagang dari India yang ingin berdagang ke daratan China. Pada awalnya, kegiatan perdagangan ini dilakukan melalui jalur darat yang dikenal sebagai jalur sutra (The Silk Road). Namun, karena waktu tempuh lama dan kondisi jalur dagang yang kurang aman, para pedagang memutuskan lewat jalur laut melewati perairan Indonesia. 


Nah, sejak itulah corak kebudayaan Buddha mulai masuk ke Indonesia dan perlahan kerajaan Buddha di Indonesia pun mulai berdiri. Kerajaan apa sajakah itu? Yuk, simak penjelasannya berikut ini. 


Baca juga: Pengertian, Ciri, dan Contoh Historiografi Kolonial


Kerajaan Buddha di Indonesia

Sejak awal 1 Masehi, budaya India bercorak Buddha mulai masuk ke Indonesia. Bersamaan dengan itu, kerajaan yang bercorak Buddha pun mulai berdiri di Indonesia. Tercatat ada lima kerajaan Buddha di Indonesia, yaitu Kerajaan Melayu, Kerajaan Kalingga, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Bali. 


Yuk, kenalan dengan kelimanya! 


1. Kerajaan Melayu

Sejarah kerajaan Melayu diketahui dari berita Tiongkok yang mengabarkan bahwa ada Kerajaan Melayu atau Malayu di sekitar abad 7 Masehi. Diketahui awalnya pusat kerajaan ini ada di Minanga. Akan tetapi, pada abad 13 Masehi pusat kerajaan ini dipindah ke Dharmasraya, lalu dipindah lagi ke Pagaruyung pada abad 15 Masehi.


Letak kerajaan Melayu diketahui berada di daerah pantai Sumatera bagian timur atau lebih tepatnya di hulu Sungai Batang Hari, Jambi. Meski begitu catatan sejarah tidak memuat nama raja yang pertama kali mendirikan Kerajaan Melayu. Selain itu, corak agamanya juga tidak terlalu jelas diketahui.


Catatan sejarah Kerajaan Melayu yang memuat silsilah kerajaan Melayu baru dimulai ketika dipimpin Raja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa yang memimpin di tahun 1183 Masehi. Kemudian, kepemimpinan dilanjutkan oleh Raja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa tahun 1286 Masehi. Selanjutnya diteruskan kepada Akarendrawarman tahun 1316 Masehi, Adityawarman (1347 M) dan Ananggawarman (1375 M).


Nah, peninggalan kerajaan Melayu adalah prasasti Tanjore yang sekaligus menjadi sumber informasi kerajaan. Prasasti yang dibuat oleh Rajendra Chola I menyebutkan posisi Kerajaan Melayu yang berada di atas bukit dan dilindungi benteng.


2. Kerajaan Kalingga

Kerajaan Kalingga merupakan kerajaan dengan corak Hindu yang berlokasi di daerah pesisir utara Jawa Tengah. Letak kerajaan Kalingga diperkirakan di antara Kabupaten Jepara dan Pekalongan. Kerajaan ini diketahui melalui catatan utusan China yang berkunjung ke Kalingga di tahun 647 serta 666 Masehi.


Kerajaan Kalingga juga dikenal sebagai Kerajaan Holing didirikan di abad ke 6 Masehi serta sudah runtuh di abad 7 Masehi. Sebagai kerajaan yang berumur tidak terlalu panjang, peninggalan kerajaan Kalingga terbilang tidak terlalu banyak.


Prasasti yang berhasil ditemukan dari peninggalan Kerajaan Kalingga adalah prasasti berbahasa Sansekerta dan huruf Pallawa yang terletak di dekat lembah Gunung Merbabu. Prasasti ini menjelaskan mengenai mata air jernih yang disucikan seperti air Sungai Gangga.


Sejarah Kerajaan Kalingga yang paling terkenal adalah ketika dipimpin oleh seorang ratu yang disebut Ratu Keadilan. Ratu Keadilan yang bernama Ratu Maharani Shima ini dikenal merupakan ratu yang menegakan hukuman secara disiplin kepada seluruh rakyat.


Bahkan, Ratu Shima juga tidak segan-segan untuk menegakkan hukuman kepada anaknya sendiri. Ratu Shima memerintah dari tahun 674 Masehi sampai 704 Masehi. Setelah Ratu Shima wafat, Kerajaan Kalingga dibagi menjadi dua wilayah yakni wilayah utara dan selatan.


Sumber sejarah kerajaan Kalingga meliputi prasasti dan cerita Parahyangan. Prasasti Sojomerto di Desa Sojomerto, Batang, Jawa Tengah adalah salah satu sumber sejarah yang berasal dari abad 7 Masehi. Isi prasasti menjelaskan tentang keluarga Dapunta Salendra.


3. Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Buddha di Indonesia berikutnya adalah Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha yang cukup besar di daerah Sumatera Selatan, atau kini dikenal sebagai Palembang. Kerajaan ini diperkirakan sudah berdiri sejak abad 7 Masehi. 


Di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang, Kerajaan Sriwijaya berkembang pesat hingga abad ke-13 masehi. Salah satu bidang yang paling berkembang di kerajaan ini adalah perdagangan. Hal ini dikarenakan letak Sriwijaya sangat strategis, yaitu di antara Selat Sunda dan Selat Malaka. Selain itu, Sriwijaya juga berhasil mengendalikan jalur perdagangan utama India dan China. 


Sebagai penguasa jalur perdagangan laut, Kerajaan Sriwijaya dibekali oleh armada laut yang kuat untuk mengamankan jalur pelayaran yang dikuasai Kerajaan Sriwijaya. 


Nah, Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat pengajaran agama Buddha aliran Mahayana, Hinayana, lho. Alasan mengapa kerajaan Sriwijaya dikatakan sebagai pusat pembelajaran agama Buddha adalah karena tempat ini menjadi rumah bagi banyak sarjana Buddha di tanah air maupun berbagai daerah di Asia Tenggara.


Sebagai rumah bagi banyak sarjana Buddha, Kerajaan Sriwijaya memiliki banyak pendeta Buddha terkenal. Seorang pendeta Buddha yang terkenal dari kerajaan Sriwijaya adalah Dharmapala. Dharmapala bahkan pernah menjadi guru pengajar agama Buddha di Benggala, yakni Perguruan Tinggi Nalanda. Oleh karena itu, tidak heran jika pusat agama Buddha di Sumatra ada di kerajaan Sriwijaya.


Selain Dharmapala, pendeta Buddha terkenal berikutnya adalah Sakyakirti. Sakyakirti merupakan guru besar agama Buddha yang menulis buku Hastadandasastra.


Pada abad ke 13 Masehi, Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran baik dari segi ekonomi, militer, politik. Berikut penyebab kemunduran kerajaan Sriwijaya adalah:


1) Dilihat dari Faktor Geografi

Sungai Musi dan sungai di sekitarnya menyebabkan pengendapan lumpur di tepian kota Palembang. Hal ini menyebabkan posisi kerajaan Buddha di Indonesia semakin jauh dari laut. Posisi Kota Palembang yang semakin jauh dari laut mengakibatkan kapal dagang ke kota ini semakin berkurang.


2) Dilihat dari Faktor Ekonomi

Kerajaan Sriwijaya mengandalkan sektor pajak terutama pajak pelayaran perdagangan sebagai salah satu pemasukan kas utama. Ketika posisi Kota Palembang semakin jauh dari laut, maka kedudukan kerajaan ini sebagai pusat perdagangan dunia berkurang. 


Ditambah lagi Selat Berhala antara Kepulauan Singkep dan Pulau Bangka terbuka dan digunakan sebagai jalur baru perdagangan internasional.


3) Dilihat dari Faktor Militer

Kerajaan Sriwijaya mengalami banyak serangan militer dari kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya. Beberapa serangan yang mempengaruhi kestabilan Kerajaan Sriwijaya seperti serangan Raja Dharmawangsa di tahun 990 M yang menyebabkan kelemahan Sriwijaya. 


Kemudian di tahun 1477 Sriwijaya kembali diserang Kerajaan Majapahit dibawah pimpinan Adityawarman di bawah perintah Patih Gajah Mada.


4) Dilihat dari Faktor Politik

Dilihat dari faktor politik, kelemahan kerajaan Buddha di Indonesia satu ini juga disebabkan oleh terlepasnya beberapa daerah yang dulunya masuk ke dalam daerah kekuasaan Sriwijaya. 


Kerajaan Singasari yang semakin berkembang menguasai beberapa kerajaan di sekitar Sriwijaya seperti Kerajaan Pahang, Kerajaan Melayu dan Kalimantan.


Sebagai salah satu kerajaan Buddha terbesar di tanah air, kita bisa menemukan berbagai peninggalan kerajaan Sriwijaya berupa prasasti yang dibuat di masa raja-raja Kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno dengan huruf Pallawa. Berikut daftar prasasti:

  • Prasasti Telaga Batu di Telaga Batu, Sabokingking 2 Ilir, Palembang 
  • Prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 684 M
  • Prasasti Talang Tuwo berangka tahun 684 M
  • Prasasti Karang Berahi di daerah Karang Berahi, Jambi 
  • Prasasti Ligor  berangka tahun 775 M di daerah Ligor, Semenanjung Malaya
  • Prasasti Kota Kapur berangka tahun 686 M di Pulau Bangka


4. Kerajaan Majapahit 

Kerajaan bercorak Buddha terbesar di Indonesia adalah Kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit pada awalnya dibangun di pinggiran sungai Brantas, tepatnya di daerah Hutan Terik. 


Desa yang berlokasi di tepi Sungai Brantas ini diberi nama Majapahit karena salah seorang pekerja menemukan buah pahit di daerah tersebut yang diberi nama buah Maja. 


Kerajaan Majapahit disebut-sebut sebagai salah satu kerajaan Buddha terbesar di Indonesia karena memiliki pengaruh sangat luas dari Pulau Maluku di timur hingga Pulau Sumatera di barat. Kerajaan ini dibangun oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertajasa Jayawardhana.


Kerajaan Majapahit adalah kerajaan agraris yang sangat mengandalkan hasil bumi sebagai produk perekonomiannya. Hasil bumi andalan Kerajaan Majapahit adalah padi dan kacang. Kerajaan Majapahit juga merupakan kerajaan perdagangan dengan pelabuhan yang berada di daerah pantai utara pulau Jawa.


Kepercayaan yang dianut oleh raja-raja Majapahit adalah Siwadari aliran Siwasiddhanta. Namun, ibunda Raja Hama Wuruk, yaitu Tribuwana Tunggadewi, beragama Buddha Mahayana. Sehingga agama resmi Majapahit adalah Siwa dan Buddha.


Majapahit mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan raja Hayam Wuruk, yang diberi julukan Rajasanagara. Hayam Wuruk memerintah dengan bantuan Mahapatih Gajah Mada dari tahun 1350-1389. Patih Gajah Mada terkenal dengan sumpahnya yaitu Sumpah Palapa. 


Sumpah ini berisi tekad Gajah Mada untuk menyatukan nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Kerajaan Buddha di Indonesia ini mulai mengalami masa kemunduran setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk. 


Kemunduran Majapahit terjadi akibat perebutan takhta penerus Kerajaan Majapahit. Akibat perebutan takhta terjadi Perang Paregreg yang terjadi pada tahun 1405 atau 1406 M. 


Peninggalan kerajaan Majapahit sangat beragam mulai dari prasasti hingga kitab yang digunakan sekaligus sebagai sumber sejarah.

  • Prasasti Waringin Pitu menunjukkan sistem birokrasi pemerintahan Kerajaan Majapahit
  • Prasasti Sukamerta 
  • Prasasti Kudadu menceritakan awal mula pendirian Majapahit oleh Raden Wijaya
  • Kitab Sutasoma 
  • Kitab Nagarakertagama 
  • Serat Pararaton atau Kitab Raja-Raja
  • Kitab Sundayana mengisahkan Perang Bubat antara Kerajaan Sunda Pajajaran dan Kerajaan Majapahit


5. Kerajaan Bali

Kerajaan bercorak Buddha di Indonesia adalah Kerajaan Bali. Kerajaan Bali sebenarnya adalah istilah untuk menyebut serangkaian dinasti kerajaan Hindu Budha di Kepulauan Bali sejak awal abad 10 Masehi hingga awal abad 20 Masehi.


Salah satu kerajaan di Bali yang terkenal adalah Kerajaan Buleleng yang terletak di Singaraja. Kerajaan Buleleng berdiri di abad ke 17 Masehi oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti. Kerajaan Buleleng di Bali mengalami masa puncak pada masa dinasti pendirinya yaitu I Gusti Anglurah Panji Sakti. 


_______________________________________________________________


Baca juga: Kerajaan Hindu: Awal Mula dan Kerajaan-Kerajaan Hindu di Indonesia


Sekarang Sobat Pijar sudah mengetahui apa saja kerajaan Buddha di Indonesia yang utama dengan ruang lingkup kekuasaan sangat luas. Lokasi kerajaan bercorak Buddha tersebut tersebar di beberapa titik wilayah mulai dari Pulau Sumatera, Pulau Jawa hingga Bali.


Ayo, kita eksplor lebih banyak tentang sejarah Indonesia bersama Pijar Belajar! Aplikasi Pijar Belajar menawarkan beragam materi pembelajaran lengkap tentang Sejarah dan pelajaran lainnya. Mulai dari latihan soal hingga video pembahasan, semuanya ada di Pijar Belajar.


Download Pijar Belajar atau klik banner di bawah ini untuk mulai belajar sekarang!


Seberapa bermanfaat artikel ini?

scrollupButton

Gedung Transvision, Jl. Prof. DR. Soepomo No. 139, Tebet Barat, Jakarta Selatan 12810

btn footer navigation

support@pijarbelajar.id

+62 812-8899-9576 (chat only)

Dapatkan Aplikasi

playstoreappstore
instagramlinkedIn

©2021-2024 Pijar Belajar. All Right Reserved