pijarbelajar

Sejarah

Konsep Berpikir Sejarah - Kronologis, Diakronik, Sinkronik

Pijar Belajar

||0 Minute Read|

Review

0

5.0

Konsep Berpikir Sejarah - Kronologis, Diakronik, Sinkronik image

Berbicara mengenai sejarah, banyak orang yang merasa malas belajar sejarah karena mengira bahwa isinya hanya hafalan saja. Padahal, menerapkan konsep berpikir sejarah dalam keseharian kita sangat menarik, lho


Ketika kita mengungkap suatu peristiwa sejarah, maka hal itu tentu tidak dapat terlepas dari ruang dan juga waktu. Memahami sejarah sangat penting karena ada banyak pelajaran yang bisa kita petik dari sejarah untuk peristiwa saat ini maupun di masa yang akan datang.


Konsep berpikir sejarah ini terbagi menjadi dua, yaitu sinkronik dan diakronik. Nah, dalam artikel kali ini, Pijar Belajar mau ajak kamu kenalan dengan kedua konsep berpikir sejarah tersebut. Sudah siap belajar? Yuk, simak penjelasan di bawah ini! 


Baca juga: Sejarah sebagai Ilmu: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Contoh


Konsep Berpikir Kronologis Dalam Sejarah

Konsep berpikir sejarah secara kronologis merupakan konsep berpikir yang digunakan pada sejarawan ketika membahas peristiwa sejarah. Analisa kejadian oleh sejarawan dilakukan secara berkesinambungan sehingga cakupan pembahasan konsep berpikir kronologis sangat luas.


Tujuan berpikir sejarah secara kronologis adalah untuk melatih seseorang agar dapat berpikir secara berurutan dari sejak awal peristiwa hingga akhir peristiwa. Sehingga, hasil yang diberikan dari cara berpikir kronologis akan lebih lengkap dan luas mulai dari sebab akibat hingga penyebab berakhirnya.


Konsep waktu dalam konsep berpikir sejarah dibagi ke dalam 4 jenis:

  • Perkembangan: Waktu yang terus berjalan akan mendorong manusia untuk berkembang hingga membentuk struktur masyarakat baru yang relevan dengan kondisi zaman.
  • Pengulangan: Dalam sejarah dikenal ungkapan "Sejarah terulang kembali" yang menunjukkan bahwa peristiwa dalam sejarah terus berulang dari masa ke masa
  • Kesinambungan: Masyarakat memiliki kecondongan untuk mengadopsi cara lama dalam sejarah dari segi pola dan esensinya 
  • Perubahan: Dalam kurun waktu singkat terjadi perubahan di masyarakat secara besar-besaran.


Konsep berpikir sejarah secara kronologis akan melibatkan unsur ruang dan waktu sebagai berikut:

  1. Konsep waktu untuk mempelajari sejarah adalah peristiwa terjadi di masa lampau yang bersifat berkesinambungan dan terbuka. Sementara ruang atau dimensi spasial merupakan tempat dimana suatu peristiwa sejarah terjadi mengikuti proses perjalanan waktu. Sehingga bisa disimpulkan bahwa konsep ruang berfokus pada tempat suatu peristiwa sejarah terjadi sementara waktu berfokus pada kapan peristiwa terjadi.
  2. Unsur tempat dan waktu merupakan unsur penting dalam perjalanan hidup manusia. Hal ini karena perjalanan hidup manusia merupakan perjalanan waktu yang terjadi di suatu tempat manusia beraktivitas. 


Nah, konsep berpikir kronologis dalam sejarah ini terbagi menjadi dua, yaitu konsep berpikir diakronik dan sinkronik. Yuk, kenalan sama keduanya.


Konsep Berpikir Sinkronik

Konsep berpikir sejarah dalam hubungannya dengan konsep ruang dan waktu dibedakan ke dalam dua jenis yakni konsep berpikir diakronik dan sinkronik. Berpikir sinkronis dalam memahami peristiwa sejarah membutuhkan ilmu sosial sehingga dapat dilakukan rekonstruksi seluruh aspek secara lebih mendalam.


Pengertian Konsep Berpikir Sinkronik

Salah satu konsep berfikir yang digunakan seorang sejarawan sinkronik yaitu mengkaji suatu peristiwa sejarah yang terjadi di masa tertentu. Cara berpikir sinkronis yaitu terbatas di dalam waktu namun meluas di dalam ruang. Hal ini karena sinkronis tidak mengungkapkan peristiwa dari awal hingga akhir.


Ciri Konsep Berpikir Sinkronik

Untuk memahami berpikir sejarah sinkronik, maka ada baiknya Sobat Pijar mengetahui apa saja ciri-ciri berpikir sejarah sinkronik. Selain terbatas di dalam waktu dan meluas di dalam ruang, konsep berpikir sinkronik untuk mempelajari peristiwa sejarah memiliki beberapa ciri di bawah ini:

  • Kajian peristiwa sejarah dilakukan secara sistematis 
  • Sifat konsep berpikir sinkronik adalah horizontal, yakni dalam melakukan analisis peristiwa sejarah harus mempertimbangkan aspek terkait baik aspek yang dipengaruhi atau mempengaruhi
  • Dalam mempelajari peristiwa sejarah dilakukan secara mendalam 
  • Karena pembahasan tidak dilakukan sejak awal sampai akhir peristiwa (kronologis), maka jangkauan pembahasan peristiwa sejarah lebih sempit dan hanya fokus pada masa tertentu saja
  • Konsep berpikir sinkronik tidak mengenal konsep perbandingan 
  • Fokus dalam membahas peristiwa sejarah lebih kepada gejala-gejala, pola serta karakter yang berkaitan


Contoh Konsep Sinkronik

Konsep berpikir sinkronik dalam mempelajari sejarah artinya dalam menganalisa suatu peristiwa sejarah tidak dibahas sejak awal sampai akhir melainkan hanya inti peristiwa itu saja. Untuk memahami bagaimana bentuk konsep berpikir sinkronis, kamu bisa melihat contoh penerapannya.


Contoh konsep sinkronik dalam pembahasan peristiwa sejarah adalah pada penjelasan tentang pelaksanaan Tanam Paksa yang dilakukan oleh Belanda terhadap masyarakat Hindia Belanda di tahun 1800an.


Tanam Paksa (1830 - 1870)

Tanam paksa dimulai di tahun 1830 oleh pemerintah Hindia Belanda akibat kas negara hampir kosong setelah sebelumnya dihabiskan untuk menumpas Perang Diponegoro dan Perang Belgia. Belanda mengalami masalah karena di Eropa, negara ini terlibat dalam banyak perang dari tahun 1816-1830. 


Raja Wiliam 1 pun mengutus Gubernur Jenderal Belanda, Johannes Van Den Bosch untuk mengatasi masalah ini. Johannes Van Den Bosch mengeluarkan kebijakan Tanam Paksa kepada masyarakat Hindia Belanda untuk produk pertanian yang bisa diekspor. 


Pemerintah kolonial mengira desa dapat melunasi hutang pajak tanah dengan sistem Tanam Paksa. Namun hal ini membuat petani kesulitan mencari makan.


Konsep Berpikir Diakronik

Konsep sejarah yang selanjutnya adalah konsep diakronik. Konsep diakronik bisa dibilang berkebalikan dari konsep sinkronik. Konsep diakronik melihat peristiwa sejarah sebagai peristiwa yang terus bergerak dan berkembang sepanjang masa. Berikut penjelasan lengkapnya:


Pengertian Konsep Diakronik

Diakronis diambil dari kata diachronic dalam bahasa latin yang terdiri dari kata "Dia" yang artinya melampaui atau melewati dan "chronicus" yang artinya adalah waktu. Konsep diakronik adalah meneliti atau menganalisa suatu peristiwa sejarah sejak awal hingga peristiwa berakhir.


Sehingga konsep berpikir diakronis bisa diterjemahkan sebagai cara berpikir secara kronologis. Cara berpikir secara kronologis juga disebut sebagai cara berpikir sejarah kausalitas karena berkaitan dengan hubungan sebab akibat dua atau beberapa peristiwa.


Pencatatan sejarah dengan pendekatan diakronik dilakukan secara runtut berdasarkan waktu kejadiannya. Oleh karena pola peristiwa tersebut sesuai dengan konsep berpikir sejarah, yaitu mengajarkan kita untuk berpikir secara runtun atau teratur.


Ketika kita membahas konsep diakronis, maka peristiwa sejarah harus diurai memanjang dalam waktu, namun sebaliknya pembahasan aspek ruang menyempit. 


Hal ini dikarenakan pembahasan peristiwa secara diakronik tidak dilakukan secara mendalam untuk semua aspeknya melainkan lebih kepada kronologis peristiwa.


Ciri-Ciri Konsep Diakronik

Sebagai salah satu konsep berpikir sejarah, diakronik memiliki beberapa ciri-ciri khusus yang membedakannya dari konsep berpikir sinkronis:

  • Konsep diakronik dalam sejarah merupakan model yang dinamis karena memandang peristiwa sejarah sebagai sesuatu yang terus berkembang sepanjang waktu. 
  • Pembahasan peristiwa lebih melihat kepada proses durasinya 
  • Konsep berpikir sejarah diakronik dipakai dalam ilmu sejarah
  • Sifat pembahasan diakronik lebih naratif, bertransformasi dn berproses
  • Urutan peristiwa sejarah tersebut menunjukkan konsep berpikir diakronik karena pembahasan lebih menekankan kepada hubungan sebab akibat atau kausalitas
  • Pembahasan sejarah secara diakronik memanjang dari segi dimensi waktunya


Contoh Konsep Berpikir Diakronik

Contoh konsep berpikir diakronik bisa kita temukan dalam banyak catatan sejarah. Hal ini karena ilmu sejarah memang lebih berfokus pada prosesnya mulai dari latar belakang kejadian, waktu dan tempat kejadian dan urutan waktunya. Berikut contoh yang bisa Sobat Pijar pelajari.


Tanam Paksa (1830 - 1870)

Tanam paksa dimulai di tahun 1830 oleh pemerintah Hindia Belanda akibat kas negara hampir kosong setelah sebelumnya dihabiskan untuk menumpas Perang Diponegoro dan Perang Belgia. 


Gubernur Jenderal Belanda, Johannes Van Den Bosch mengeluarkan kebijakan Tanam Paksa kepada masyarakat Hindia Belanda untuk produk pertanian yang bisa diekspor. 


Kebijakannya tersebut tertuang di dalam lembaran negara (Staatsblad) tahun 1834. Kebijakan ini diterapkan secara perlahan-lahan hingga pada tahun 1840 telah diterapkan di seluruh daratan Pulau Jawa. 


Di tahun 1843, produk pertanian padi dimasukkan ke dalam Tanam Paksa untuk diekspor ke pasar internasional. Akibatnya terjadi paceklik di Demak, Grobogan dan Cirebon sehingga ribuan orang mati kelaparan. 


Kondisi menyedihkan ini menyebabkan kalangan orang Belanda menolak kebijakan Tanam Paksa dari tahun 1850 sampai 1860. Akhirnya setelah ditolak banyak pihak, sistem ini dihapuskan di tahun 1870.


Perbedaan Konsep Diakronik dan Sinkronik

Ketika kita membahas suatu peristiwa sejarah, maka ada beberapa aspek yang harus kita perhatikan termasuk konsep berpikir sejarah yang dipakai. Pilihan untuk menggunakan konsep berpikir sinkronik dan diakronis harus mempertimbangkan beberapa hal. Berikut perbedaan kedua konsep ini:


1. Dilihat dari Ruang Lingkupnya

Perbedaan antara konsep sinkronis dengan diakronik terletak pada ruang lingkupnya. Untuk konsep berpikir sinkronik, maka peristiwa sejarah direkonstruksi meluas dalam ruang lingkupnya dan terbatas dalam waktu. 


Sementara konsep berpikir diakronik maka cara berpikir terbatas dalam ruang lingkupnya namun memanjang dalam waktu.


2. Cara Memandang Masyarakat 

Perbedaan antara konsep sinkronik dengan diakronik terletak pada cara memandang masyarakat. Pada konsep berpikir diakronik, maka kita memandang kehidupan masyarakat sebagai sesuatu yang terus bergerak aktif. Masyarakat juga selalu memiliki hubungan sebab akibat dan kausalitas.


Sementara pada konsep berpikir sinkronik, maka kehidupan masyarakat dipandang sebagai sistem terorganisir dan terstruktur. Masyarakat di dalam kehidupan sosial terdiri dari beberapa unit yang saling terkait antara satu dan lainnya.


3. Cara Mendeskripsikan Masyarakat 

Seperti yang sudah diketahui bahwa konsep berpikir diakronik adalah konsep berpikir sejarah yang terbatas dalam ruang dan memanjang dalam waktu. Ketika membahas peristiwa secara diakronis maka analisa kejadian dilakukan sejak awal hingga peristiwa berakhir.


Oleh karena itu, ketika membahas peristiwa sejarah secara diakronik maka proses transformasi masyarakat akan dijelaskan secara detail secara berkesinambungan dari waktu ke waktu. Sementara konsep berpikir sinkronik yang memanjang dalam ruang membuat deskripsi dilakukan lebih detail.


____________________________________________________________________


Baca juga: Langkah-Langkah Penelitian Sejarah: Pengertian dan Jenis


Setelah menyimak pembahasan di atas, Sobat Pijar jadi tahu, ya, kalau konsep berpikir sejarah dibagi ke dalam tiga jenis yakni konsep berpikir kronologus, sinkronik, dan diakronik. Diakronik dilakukan secara kronologis yang memanjang dalam waktu sehingga peristiwa dibahas dari awal sampai akhir. Konsep sinkronik memanjang dalam ruang sehingga kehidupan masyarakat dijelaskan detail.


Konsep berpikir sejarah ini bisa kamu pelajari lebih dalam melalui Aplikasi Pijar Belajar, lho! Dalam aplikasi Pijar Belajar, tersedia ribuan konten pembelajaran yang bisa kamu simak kapan saja dan dimana aja. Konten pembelajaran ini memuat tentang materi sejarah dan mata pelajaran lainnya yang super lengkap.


Kamu juga bisa menggunakan latihan soal Pijar Belajar untuk menguji pemahamanmu pada saat belajar.


Yuk, download Pijar Belajar atau klik banner di bawah ini untuk mulai belajar sekarang!


Seberapa bermanfaat artikel ini?

scrollupButton

Gedung Transvision, Jl. Prof. DR. Soepomo No. 139, Tebet Barat, Jakarta Selatan 12810

btn footer navigation

support@pijarbelajar.id

+62 812-8899-9576 (chat only)

Dapatkan Aplikasi

playstoreappstore
instagramlinkedIn

©2021-2024 Pijar Belajar. All Right Reserved