pijarbelajar

Sejarah

Kerajaan Cirebon: Sejarah, Penyebab Runtuhnya, Hingga Peninggalan Bersejarah

Pijar Belajar

||0 Minute Read|

Review

0

5.0

Kerajaan Cirebon: Sejarah, Penyebab Runtuhnya, Hingga Peninggalan Bersejarah image

Kerajaan Cirebon sebelumnya merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran yang bercorak Hindu-Buddha. Didirikan pada abad ke-15, kerajaan ini menjadi saksi bisu percampuran budaya Sunda dan Jawa, yang kemudian diperkaya dengan nilai-nilai Islam. 


Dari masa kejayaannya yang dipimpin oleh tokoh-tokoh legendaris seperti Sunan Gunung Jati, hingga peninggalan bersejarah yang masih berdiri hingga kini, Kesultanan Cirebon menyimpan cerita-cerita yang menarik untuk diungkap. Yuk, baca artikel di bawah ini untuk tahu informasinya!


Baca juga: Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia | Materi Sejarah


Sejarah Kerajaan/Kesultanan Cirebon

Kerajaan Cirebon mempunyai kedudukan istimewa bagi kerajaan Islam lainnya karena merupakan salah satu pusat penyebaran Islam di Jawa Barat. Awal mula Kesultanan Cirebon dapat ditelusuri kembali ke sebuah dukuh kecil yang didirikan oleh Ki Gedeng Tapa.


Selanjutnya berkembang menjadi kota besar karena pelabuhannya yang ramai dan strategis. Menurut sejarawan, Kerajaan Cirebon didirikan oleh Pangeran Cakrabuana. Ia membangun istana Pakungwati dan membentuk pemerintahan di Cirebon pada 1430.


Kerajaan ini tidak hanya berperan sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga sebagai pusat penyebaran agama Islam, berkat pengaruh dari Kesultanan Demak. Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, merupakan salah tokoh penting dalam sejarah Kerajaan/Kesultanan Cirebon. 


Ia adalah keponakan dari Pangeran Cakrabuana dan berhasil memperluas wilayah kekuasaan Kesultanan Cirebon hingga mencakup separuh Jawa Barat dan Banten, serta berhasil mengislamkan penduduk di wilayah kerajaannya.


Kerajaan Cirebon mencapai puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Sunan Gunung Jati. Ini ditandai dengan kemajuan di bidang agama, politik, dan perdagangan. Namun, setelah wafatnya Sunan Gunung Jati, Kesultanan Cirebon perlahan mengalami masa surut hingga akhirnya runtuh. 


Pada masa kolonial, sekitar tahun 1906-1926, Kesultanan Cirebon resmi dihapuskan dan diganti menjadi Kota Cirebon. Sejarah Cirebon mencerminkan peran pentingnya dalam penyebaran Islam di Jawa Barat dan kontribusinya terhadap sejarah Nusantara. 


Penyebab Runtuhnya Kerajaan Cirebon

Kesultanan Cirebon, yang pernah berjaya di pesisir utara Jawa Barat, mengalami kemunduran yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu penyebab utama adalah konflik internal yang terjadi antara anggota kerajaan itu sendiri. 


Konflik internal

Setelah wafatnya Sunan Gunung Jati, terjadi perebutan kekuasaan yang memicu perpecahan. Kesultanan Cirebon terbagi menjadi beberapa kesultanan kecil. 


Kesultanan itu terbagi menjadi Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, dan Kaprabonan, yang melemahkan kekuatan politik dan militer kerajaan secara keseluruhan.


Tekanan kolonial Belanda

Belanda, dengan kebijakan politik 'devide et impera' atau adu domba, berhasil memanfaatkan konflik internal tersebut. Mereka mengadakan perjanjian dan perundingan dengan para pemimpin lokal yang terpecah, sehingga secara bertahap mengurangi kedaulatan Kesultanan Cirebon.


Kombinasi dari konflik internal dan tekanan kolonialisme Eropa secara bertahap mengikis kekuatan Kesultanan Cirebon hingga akhirnya, pada awal abad ke-19, kerajaan ini kehilangan kedaulatannya dan menjadi bagian dari Hindia Belanda.


Kehidupan Politik Kesultanan Cirebon

Kesultanan Cirebon, yang didirikan pada abad ke-15, memiliki sejarah politik yang kaya dan kompleks. Kehidupan politik di Kesultanan Cirebon sangat dipengaruhi oleh para pendirinya, termasuk Pangeran Cakrabuana dan Sunan Gunung Jati.


Pangeran Cakrabuana, sebagai pendiri, memeluk Islam dan mempelajarinya dari Sunan Ampel, yang kemudian menyerahkan kepemimpinan kepada Sunan Gunung Jati. 


Sunan Gunung Jati memainkan peran penting dalam politik Kesultanan Cirebon, tidak hanya sebagai pemimpin tetapi juga sebagai penyebar agama Islam.  


Di bawah kepemimpinannya, Kesultanan Cirebon mencapai masa kejayaannya, memperluas wilayah kekuasaannya dan menjalin hubungan diplomasi dengan kerajaan lain, termasuk Malaka, Aceh, hingga Turki Utsmani. 


Kehidupan Ekonomi Kerajaan Cirebon

Kehidupan ekonomi Kesultanan Cirebon, yang berdiri pada abad ke-15, sangat dipengaruhi oleh posisinya yang strategis di pesisir utara Jawa. Lokasi kerajaan Cirebon berada di pesisir utara Jawa Barat, yang strategis untuk perdagangan.


Pelabuhan Cirebon menjadi titik transit penting bagi pedagang dari berbagai daerah, termasuk dari luar Nusantara, seperti India, Arab, dan bahkan Eropa. Perekonomian Kesultanan Cirebon tidak hanya bergantung pada perdagangan. 


Pertanian juga menjadi tulang punggung ekonomi, dengan padi dan palawija sebagai komoditas utama. Sistem irigasi yang baik dan teknik pertanian yang maju memungkinkan produksi pertanian yang melimpah, mendukung kebutuhan masyarakat dan perdagangan.


Kerajinan juga menjadi bagian penting dari ekonomi Kesultanan Cirebon. Batik Cirebon, dengan motif-motif khasnya, menjadi salah satu produk kerajinan yang terkenal. Selain itu, kerajinan logam dan ukiran kayu juga berkembang, menambah keanekaragaman produk ekonomi kerajaan.


Kehidupan Sosial Kerajaan Cirebon

Kehidupan sosial Kesultanan Cirebon mencerminkan keberagaman budaya dan keharmonisan antar masyarakatnya. Kerajaan ini dikenal sebagai salah satu pusat penyebaran Islam di Jawa Barat, namun kehidupan sosialnya tetap mengakar pada tradisi lokal yang kaya. 


Kamu akan menemukan bahwa masyarakat Kesultanan Cirebon memiliki keunikan dalam memadukan nilai-nilai Islam dengan adat istiadat setempat, menciptakan sebuah identitas sosial yang khas.


Pendidikan dan keagamaan memegang peranan penting dalam kehidupan sosial Kesultanan Cirebon. Pesantren dan sekolah-sekolah keagamaan menjadi pusat pembelajaran dan penyebaran nilai-nilai Islam, sekaligus menjadi tempat untuk memperkuat ikatan sosial antar warga. 


Peninggalan Kerajaan Cirebon

Kesultanan Cirebon yang pernah berjaya di pesisir utara Jawa Barat meninggalkan sejumlah peninggalan fisik dan non fisik yang masih dapat disaksikan hingga saat ini. Berikut pembahasan tentang Kerajaan Cirebon dan peninggalannya.


Keraton Kasepuhan

Merupakan istana utama Kesultanan Cirebon yang dibangun pada abad ke-15. Keraton ini memiliki arsitektur khas Jawa dengan atap tumpang dan ornamen ukiran yang indah.


Makam Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati adalah pendiri Kesultanan Cirebon. Makamnya terletak di kompleks pemakaman yang juga menjadi tempat ziarah.


Goa Sunan Gunung Jati

Goa ini konon digunakan oleh Sunan Gunung Jati untuk bertapa dan menyebarkan agama Islam. Lokasinya berada di kaki Gunung Jati.


Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Masjid bersejarah ini dibangun pada abad ke-15 dan merupakan salah satu masjid tertua di Jawa Barat. Arsitekturnya menggabungkan gaya Hindu-Budha dan Islam.


Artefak dan Koleksi Museum

Museum Negeri Cirebon menyimpan koleksi artefak, keramik, senjata, dan benda-benda peninggalan Kesultanan Cirebon yang memberikan gambaran kehidupan pada masa itu.


Selain peninggalan fisik seperti keraton, masjid, makam, dan artefak, Kerajaan Cirebon juga meninggalkan warisan non-fisik yang masih dilestarikan hingga saat ini. Beberapa peninggalan non-fisik Kesultanan Cirebon antara lain:


Tradisi dan Kebudayaan

Salah satu peninggalan penting adalah tradisi dan upacara adat yang masih diselenggarakan secara rutin hingga saat ini. Misalnya, upacara Muludan, Rajaban, dan Panjang Jimat yang terkait dengan peringatan hari besar Islam dan tradisi keraton. 


Selain itu, kesenian tradisional seperti tari topeng, debus, gembyung, dan tarling juga menjadi bagian dari warisan budaya Cirebon yang masih dilestarikan. Kuliner khas seperti empal gentong, tahu gejrot, dan docang turut memperkaya khazanah budaya Cirebon.


Bahasa dan Sastra

Selain peninggalan dalam bentuk tradisi dan kesenian, Cirebon juga memiliki warisan bahasa dan sastra yang bernilai tinggi. Bahasa Cirebon merupakan dialek Jawa Barat yang mendapat pengaruh dari bahasa Sunda dan Jawa. 


Sumber sejarah kerajaan Cirebon antara lain Babad Cirebon, Wawacan Suhunan Gunung Jati, dan Sajarah Lampahing Para Wali Kabeh. Karya ini menceritakan sejarah dan penyebaran Islam di wilayah Cirebon.


Baca juga: Sejarah Kerajaan Perlak dan Peninggalannya

_______________________________


Melalui perjalanan waktu, Kerajaan Cirebon telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah Nusantara. Kita telah menyusuri lorong waktu untuk memahami bagaimana kerajaan ini tumbuh dan berkembang, serta bagaimana budayanya masih bertahan hingga saat ini.


Wah, menarik juga ya membahas Kerajaan Cirebon, Sobat Pijar? Eits, jika tertarik untuk belajar kerajaan-kerajaan Islam lainnya, kamu wajib belajar menggunakan Pijar Belajar, nih! Bukan hanya Sejarah, kamu bisa mengakses konten Ekonomi, Geografi, hingga Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, lho!


Tunggu apa lagi? Yuk, unduh Pijar Belajar sekarang juga!




Seberapa bermanfaat artikel ini?

scrollupButton

Gedung Transvision, Jl. Prof. DR. Soepomo No. 139, Tebet Barat, Jakarta Selatan 12810

btn footer navigation

support@pijarbelajar.id

+62 812-8899-9576 (chat only)

Dapatkan Aplikasi

playstoreappstore
instagramlinkedIn

©2021-2024 Pijar Belajar. All Right Reserved