pijarbelajar

Sejarah

Sejarah Kerajaan Banten, Mulai dari Masa Kejayaan Hingga Keruntuhannya

Pijar Belajar

||0 Minute Read|

Review

0

0

Sejarah Kerajaan Banten, Mulai dari Masa Kejayaan Hingga Keruntuhannya image

Sobat Pijar pernah berkunjung ke Masjid Agung Banten? Sudah tahu belum kalau ini adalah peninggalan dari Kerajaan Banten yang berjaya di sekitar abad 16, lho. Mau tahu seperti apa sejarah Kerajaan Banten? Di bawah ini kita akan membahas tentang bagaimana berdirinya Kerajaan Banten, pendiri Kerajaan Banten, letak Kerajaan Banten, dan masih banyak lagi. 


Baca juga: Sejarah Kerajaan Mataram Kuno, Masa Kejayaan Hingga Keruntuhannya


Sejarah Kerajaan Banten

Seorang wali dan juga pendiri Kerajaan Banten dan Cirebon adalah Sunan Gunung Jati. Namun, secara resmi Kerajaan Banten didirikan oleh Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati, tepatnya di tahun 1526. Namun kemudian Kerajaan Banten dikuasai oleh Demak dan menjadi wilayah dari Pajajaran. 


Alasan khusus Kerajaan Demak menguasai Banten adalah karena lokasinya yang strategis. Panglima Kerajaan Demak di tahun 1527 adalah Fatahillah. Ialah yang memimpin penyerbuan dan menjadikan Banten sebagai wilayah dari Pajajaran. Meski begitu, Kerajaan Banten tetap bisa berjalan dengan baik, sejahtera, dan makmur. 


Apa yang menjadi peninggalan sejarah Kerajaan Banten? Benteng Speelwijk merupakan peninggalan Kerajaan Banten yang dibangun tahun 1682. Namun sebenarnya ini adalah simbol berkuasanya Belanda, karena benteng dibangun pada masa kepemimpinan Sultan Haji. Peninggalan lainnya adalah Masjid Agung Banten yang juga menjadi sumber sejarah Kerajaan Banten.


Masa Kejayaan Kerajaan Banten

Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa yang memerintah mulai dari tahun 1651 hingga 1683. Ia adalah sultan yang membawa Kerajaan Banten menjadi lebih maju di segala bidang, karena itu menjadi salah satu raja terkenal Kerajaan Banten. Sultan Ageng Tirtayasa memajukan bidang ekonomi, agama, dan politik. 


Perdagangan internasional sangat maju, terutama komoditas ekspornya adalah lada, cengkeh, dan beras. Warga Kerajaan Banten juga dikenal toleran karena sering bertemu dengan pedagang dari berbagai negeri asing. Karena itu, Kerajaan Banten menjadi ancaman besar bagi VOC. Apalagi, Sultan Ageng Tirtayasa sangat menentang VOC. 


Sebenarnya raja Banten sebelumnya juga sudah menentang Belanda, yaitu Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir. Tapi Sultan Ageng Tirtayasa adalah yang paling keras melindungi Banten dari pengaruh VOC. Karena itu, VOC pun berusaha untuk melemahkan pertahanan Sultan Ageng Tirtayasa melalui putranya, Sultan Haji, dengan cara mengadu domba. 


Penyebab kerajaan Banten mulai mengalami kemunduran adalah Sultan Haji yang setuju untuk bekerja sama dengan VOC. Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan diasingkan oleh Belanda, lalu kekuasaan dipegang oleh Sultan Haji. Terbukti, setelah itu tidak ada yang bisa memimpin Kerajaan Banten dengan cakap. Perlahan-lahan, kerajaan pun mulai runtuh. Kerajaan Banten runtuh pada tahun 1813, saat Gubernur Jenderal Hindia Belanda Thomas Stamford Raffles menghapuskan Kesultanan Banten secara resmi.


Kehidupan Politik Kerajaan Banten

Sistem pemerintahan Kerajaan Banten merupakan kesultanan. Raja yang dianggap sebagai peletak dasar Kerajaan islam Banten adalah Sultan Maulana Hasanuddin. Namun masa kejayaan dicapai di era pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, yang mampu memajukan Banten dari berbagai bidang. Mulai dari ekonomi, sosial, hingga politik semuanya maju. 


Berkat majunya berbagai bidang di Kerajaan Banten, maka kehidupan masyarakatnya pun termasuk makmur dan sejahtera. Namun Kerajaan Banten mulai goyah karena Sultan Ageng Tirtayasa sangat keras melawan Belanda. Di sisi lain, Sultan menjalin hubungan baik dengan penguasa daerah, seperti penguasa Cirebon, Gowa, Ternate, Aceh, dan juga Lampung. 


Sebagai kerajaan yang sangat sukses di kala itu, jelas Belanda berusaha mencari cara untuk melunakkan Banten. Mereka pun ikut campur dan mencari perhatian anak Sultan Ageng Tirtayasa, yaitu Sultan Haji. Ikut campurnya belanda dalam urusan internal kerajaan Banten mengakibatkan perpecahan dan akhirnya menjadi awal runtuhnya kerajaan besar ini. 


Kehidupan Ekonomi Kerajaan Banten

Kerajaan Banten sudah disebut di beberapa sumber dari China sejak awal abad ke-15. Pelabuhan Banten dianggap sebagai pelabuhan penting dalam jaringan pelayaran internasional. Karena itu, kehidupan ekonomi Kerajaan Banten kala itu bergantung pada perdagangan internasional. Komoditas utama Kerajaan Banten adalah lada. 


Sebenarnya, lada bukan asli berasal dari Banten. Tapi saat itu, raja pertama Kerajaan Banten, Sultan Maulana Hasanuddin, melakukan ekspansi wilayah kerajaan hingga ke Lampung. Saat itu Lampung merupakan penghasil lada. Seperti yang kita tahu, saat itu lada adalah rempah-rempah primadona yang sangat diminati oleh berbagai negara di dunia dan dijual dengan harga mahal. 


Produksi beras di wilayah Kerajaan Banten juga sangat baik. Tapi di luar lada dan beras, ternyata masih ada lagi hasil pertanian dan perkebunan yang diperdagangkan. Salah satunya adalah tebu yang juga diminati. Satu lagi bukti yang didapat dari dokumentasi VOC adalah Kerajaan Banten juga mengekspor cengkeh. Namun cengkeh yang diperdagangkan sebenarnya berasal dari Maluku. Jadi, pedagang Banten yang kaya mendatangkannya langsung ke Banten dan dijual kembali dengan cara diekspor. 


Kehidupan Sosial Kerajaan Banten

Setelah terbentuk menjadi Kerajaan Banten, maka kerajaan ini bercorak Islam. Tapi sebelumnya wilayahnya termasuk dari Kerajaan Sunda yang masyarakatnya mayoritas beragama Sunda Wiwitan dan Hindu. Di awal berdirinya Kerajaan Banten, budaya yang lama masih sangat kuat namun berangsur-angsur sudah mulai dipengaruhi oleh budaya Islam, bahkan hingga daerah pendalamannya. 


Tak dapat dielakkan, ada masyarakat yang menolak pengaruh Islam dan tetap mempertahankan kepercayaan serta tradisi lama mereka. Karena itu, ada sebagian yang memilih untuk menyingkir ke pedalaman dan tetap menganut Sunda Wiwitan. Keturunan dari yang pindah ke pedalaman ini masih ada sampai sekarang, yaitu Suku Badui yang masih tinggal di pegunungan dan menolak kehidupan modern.


Perekonomian Kerajaan Banten yang merupakan kerajaan maritim juga berpengaruh pada kehidupan sosialnya. Menurut Kerajaan Banten Wikipedia, kerajaan ini pernah menjadi pusat perdagangan besar dan penting di Asia Tenggara. Karena itu, ada banyak pedagang dari negara lain. Misalnya dari China, India, Arab, Iran, dan juga Eropa. Masyarakat Banten saat itu sudah terbiasa bertemu dengan pedagang dari negeri lain. 


Beberapa dari pedagang yang mampir itu juga ada yang memilih untuk menetap. Lalu terbentuklah hubungan sosial dengan warga Banten kala itu. Hal ini terbukti dengan adanya kampung Keling yang ditinggali pendatang India, Pecinan yang ditinggali pendatang dari China, Kampung Melayu, dan lain-lain. Secara umum, kehidupan sosial warga kala itu termasuk sejahtera. Sayangnya, setelah Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap dan diasingkan oleh Belanda, kemakmuran warga Kerajaan Banten langsung merosot.


_________________________________________________________


Baca juga: Kerajaan Mataram Islam, Masa Kejayaan, Keruntuhan, Hingga Peninggalannya


Nah, sekarang Sobat Pijar sudah tahu kan siapa raja Kerajaan Banten dan sejarah Kerajaan Banten secara keseluruhan? Selain Kerajaan Banten, masih banyak lagi lho info tentang kerajaan lainnya di tanah air yang bisa kamu dapatkan di Aplikasi Pijar Belajar. Tunggu apa lagi? Yuk, ke Pijar Belajar dan temukan topik yang ingin kamu pelajari!


Seberapa bermanfaat artikel ini?

scrollupButton

Gedung Transvision, Jl. Prof. DR. Soepomo No. 139, Tebet Barat, Jakarta Selatan 12810

btn footer navigation

support@pijarbelajar.id

+62 812-8899-9576 (chat only)

Dapatkan Aplikasi

playstoreappstore
instagramlinkedIn

©2021-2024 Pijar Belajar. All Right Reserved